Jerit Peternak Ayam: Harga Telur Anjlok, Pakan Mahal, Ditambah PPKM

Peternak ayam berharap perhatian dari pemerintah yang lebih serius agar mereka bisa meneruskan usaha.

oleh Arief Rahman H diperbarui 10 Sep 2021, 20:45 WIB
Peternak ayam petelur Madsai (41) mengambil telur yang siap dikirim ke pasar di Desa Pengasinan, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/10/2020). Harga telur eceran sempat mencapai Rp 24 ribu per kilogram, sekarang turun Rp 18,500 per kilogram. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Peternak mengeluhkan anjloknya harga telur ayam di pasaran yang terus terjadi belakangan ini. Bahkan Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi menyoroti harga pakan yang terus meningkat yang membuat peternak tak kunjung meraup untung.

Ia mengatakan, anjloknya harga telur di pasaran terjadi semenjak PPKM level 3 dan 4 di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Harga jagung pakan ternak yang meningkat menjadi salah satu faktor yang ikut menyulitkan para peternak.

“Harga pakan naik terus, harga jagung terus naik ke level Rp 6.000 per kg. Padahal jagung merupakan bahan pakan pokok, karena pemakaiannya sampai 50-an persen,” katanya kepada Liputan6.com, Jumat (10/9/2021).

Lebih lanjut, ia menuding, bahwa harga jagung dengan kisaran Rp. 5.400-5.500 per kilogram adalah berita bohong atau hoaks. Ia menerangkan bahwa harga jagung yang ditemukannya bahkan hingga Rp 6.000 per kilogram.

“Harga jagung Rp 5.400 - 5.500 per kg yang disebarkan adalah berita bohong, atau kebohongan yang disengaja, agar dibaca pemerintah, seolah-olah stok jagung nasional cukup. Padahal real kami terima berada di posisi Rp 5.850 - 6.000 per kg dengan KA (kadar air) 16-17 persen, kalau di refraksi ke KA 15 persen harga jagung menyentuh Rp 6000-an per kg,” tuturnya.

Ki Musbar berharap perhatian pemerintah yang lebih serius agar para peternak bisa meneruskan usahanya. Caranya dengan mengatur harga jagung sesuai dengan Permendag Nomor 7/2020 yang berkisar Rp 4.000-Rp 4.500 per kilogram.

“Agar kami tidak tambah terimpit, kami mohon juga pada pemerintah agar komoditi produk Telur bisa dimasukkan dalam Paket Bansos Kemensos, karena bisa mencegah mengatasi penyakit Stunting pada Balita dan meningkatkan Herd Immunity,” pintanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tak Sejalan

Telur ayam terlihat di sebuah peternakan di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Lebih lanjut ia mengatakan, harga pakan tinggi tersebut tak sejalan dengan harga telur di pasaran. Biaya produksi yang tinggi membuat peternak banyak yang rugi terus menerus.

“Pantauan Harga real telur di tingkat farm sentra Peternak Blitar per hari ini anjlok parah tinggal Rp 14.400-14.600/kg,” katanya.

“Padahal dengan kondisi harga Pakan Jadi saat ini Rp 6.500 - 6.800/kg, sehingga membuat harga pokok produksi per kilogram telur menyentuh Rp 22.000-an/kg, kerugian di level peternak untuk per kg telur di kisaran Rp 5.000/kg, ini kondisi yang sangat luar biasa,” ungkapnya.

Guna mengembalikan seperti kondisi normal, Ki Musbar meminta pemerintah untuk turun tangan dalam mengendalikan dua hal. Yakni, penyediaan jagung dengan harga yang sesuai dengan ketetapan pemerintah.

“Dan Penyerapan telur peternak sesuai ketetapan pemerintah dengan dimasukan dlm paket Bansos Kemensos,” pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya