Ciputra Development Realisasikan Belanja Modal Rp 400 Miliar, untuk Apa Saja?

Direktur PT Ciputra Development Tbk, Tulus Santoso menuturkan, realisasi belanja modal serupa tahun lalu dan relatif rendah dibandingkan beberapa tahun terakhir.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Sep 2021, 22:10 WIB
Paparan publik PT Ciputra Development Tbk (CTRA), Jumat (10/9/2021) (tangkapan layar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Ciputra Development Tbk (CTRA) merealisasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 400 miliar hingga semester I 2021. Pada 2021, perseroan menyiapkan belanja modal Rp 800 miliar.

Direktur PT Ciputra Development Tbk, Tulus Santoso menuturkan, realisasi belanja modal serupa tahun lalu dan relatif rendah dibandingkan beberapa tahun terakhir. Pada 2020, realisasi belanja modal Rp 800 miliar, angka ini juga lebih rendah dari 2019 sebesar Rp 1,1 triliun.

Tulus menuturkan, belanja modal lebih rendah lantaran kondisi pandemi COVID-19 yang terjadi membuat perseroan selektif untuk landbank.

"Jaga likuiditas perusahaan. Pada saat ini lebih ke konservatif. Kurangi capex tidak mandatory,” ujar Tulus saat paparan publik live 2021, Jumat (10/9/2021).

Pada materi paparan publik perseroan, realisasi belanja modal hingga semester I 2021, tanah untuk pengembangan mal sebesar 74 persen. Peningkatan belanja modal mal seiring pengembangan mal Ciputra World Surabaya Extension, mal 13 persen, lainnya tujuh persen, rumah sakit empat persen dan hotel satu persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Strategi Genjot Recurring Income

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Terkait strategi perseroan meningkatkan recurring income di tengah pandemi COVID-19, Direktur PT Ciputra Development Tbk, Harun Hajadi mengatakan, pihaknya melihat potensi kota yang memiliki area besar dan belum tergarap. Misalkan area tersebut belum memiliki mal.

"Cari tempat baru. Misalnya rencanakan mal di Medan. Itu karena kita buka area baru. Area baru targetkan catch area baru. Strateginya seperti itu. Memang kalau timing harus cari yang tepat. Selama PPKM, mobilitas dibatasi itu percuma. Antisipasi setelah PPKM,” ujar dia.

Saat ditanya mengenai kondisi landbank, Tulus menuturkan, landbank yang dimiliki secara langsung dan di bawah joint operation. Landbank yang dimiliki langsung sekitar 2.000 hektar. Sebagian besar atau 90 persen terletak di Jabodetabek dan Surabaya, Jawa Timur

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya