Liputan6.com, Jakarta - Rumah tapak dinilai akan menjadi penopang sektor properti ke depan. Hal ini seiring permintaan meningkat untuk rumah tapak.
Executive Director Grup Lippo, John Riady menilai, prospek sub sektor properti akan beragam ke depan. Untuk perkantoran, John menuturkan masih berat lantaran over supply dan pandemi COVID-19.
Advertisement
"Paling berat di Indonesia adalah office. Dari awal sudah over supply. Karena COVID-19, demand hancur. Officer 5,6,7 tahun baru recovery dengan supply yang terlalu banyak,” ujar dia saat webinar digelar Indonesia Investment Education, Sabtu (11/9/2021).
Sedangkan sub sektor seperti logistik dan rumah tapak masih menarik ke depan. John menuturkan, e-commerce yang marak mendorong pembelian lahan untuk bangun gudang dan logistik.
"Tentu bagus logistik karena ajang e-commerce. Orang beli tanah di Lippo Cikarang, 20-30 persen mau bangun gudang dan logistik,” kata John.
Ia menambahkan, rumah tapak juga paling menarik. Hal ini juga ditunjukkan dari prapenjualan selama semester pertama 2021 yang dihasilkan oleh emiten properti. Bahkan prapenjualan emiten properti meningkat di tengah COVID-19.
"Kalau kita lihat marketing sales BSDE, Ciputra, Lippo enam bulan pertama tahun ini dibandingkan tahun lalu more than double. Di tengah COVID-19, penjualan properti double,” ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Suku Bunga Rendah Jadi Daya Tarik
John menilai, Indonesia sedang terjadi gelombang kepemilikan rumah seiring tingkat kepemilikan rumah masih rendah. Di sisi lain tingkat suku bunga rendah juga menjadi daya tarik.
"Di DKI Jakarta rendah 45 persen, India 80 persen. Banyak negara yang GDP sudah sekitar USD 3.000-USD4.000, (masyarakat-red) beli rumah. Indonesia PDB hampir USD 4.000, interest turun, orang beli rumah," kata dia.
Ia mengatakan, saat ini memasuki masa emas untuk masyarakat memiliki rumah di Indonesia. Adapun rumah tapak ini dinilai menjadi peluang properti yang menarik dan positif untuk ekonomi Indonesia.
"Orang dengan punya rumah menjadi aset mereka yang nilai asetnya naik. Tentu dari perspektif penggerak ekonomi industri properti kontribusi 15 persen dari GDP. Turunannya banyak. Jadi kalau properti jalan, semen jalan, UMKM jalan, mebel jalan. Jalan ekonomi, its good thing," ujar dia.
Advertisement