Liputan6.com, Jakarta Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan banyak negara termasuk Indonesia sepakat bahwa COVID-19 tidak akan hilang dalam waktu cepat.
Sebagai salah satu upaya proteksi kesehatan dalam hidup berdampingan dengan virus corona, pemerintah mendorong masyarakat untuk memperkuat gaya hidup sehat, selain tetap disiplin mengenakan masker dan melakukan vaksinasi.
“Meski virus COVID-19 akan hidup bersama kita dalam jangka panjang, kita harus berusaha tetap produktif karena kehidupan sosial ekonomi juga bergulir. Tidak ada pilihan selain menerapkan perlindungan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari,” papar Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Menkominfo, selain terus memakai masker dan melengkapi vaksinasi, proteksi diri dari paparan virus juga dapat dilakukan dengan cara gaya hidup sehat. Di antaranya, memperhatikan pola makanan yang dikonsumsi. “Menjadi tugas kita semua untuk menyerukan kampanye hidup sehat ini,” tegasnya.
Dalam menjaga gaya hidup sehat, menjaga pola makan menjadi garda terdepan. Selain itu menjaga pola makan, juga menjadi salah satu fondasi utama imunitas. Pola makan yang baik akan membuat tubuh tidak mudah terserang penyakit, termasuk risiko terinfeksi virus COVID-19.
Perhatikan asupan gizi
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Dr. Elvina Karyadi, MSc., PhD, SpGK menyatakan, asupan gizi yang sesuai kebutuhan dan tepat diperlukan agar semua sel dalam tubuh, termasuk seluruh sel dalam sistem kekebalan tubuh (imunitas) dapat berfungsi secara optimal.
Gizi yang optimal dapat mendukung fungsi sel imun untuk memberikan respons efektif terhadap patogen dan memberi respons cepat yang dibutuhkan saat terjadi infeksi/inflamasi.
Dalam webinar Online Dietary Quality, Protein Intake and Non-communicable Disease pada Sabtu(11/9/2021), Elvina mengatakan kekurangan gizi akan merusak fungsi kekebalan tubuh sebagai akibat dari kekurangan asupan makanan.
Tingkat kerusakan yang dihasilkan akan tergantung pada tingkat keparahan defisiensi, adanya infeksi, interaksi zat gizi, dan usia individu.
Dengan demikian, kualitas diet yang baik dapat secara efektif membantu penyembuhan inflamasi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh individu. Sementara itu, Dokter Spesialis Gizi dr. Annta Kern Nugrohowati, M.Si., Sp.GK. menjelaskan bahwa untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, manusia memerlukan mineral, vitamin, sumber energi, protein, juga lemak.
Menurutnya, pemerintah telah mencanangkan pola gizi seimbang secara umum, yakni karbohidrat 3-4 porsi, sayur buah 5-7 porsi, serta lauk 2-4 porsi per hari. Sementara itu, gula, garam, dan minyak harus diperhatikan agar tidak berlebihan, karena menyumbang zat yang dapat memperberat peradangan berlebih saat tubuh terkena infeksi.
“Asupan sayur dan buah orang Indonesia saat ini masih jauh di bawah target. Ini harus kita tingkatkan. Sayur sebaiknya dikonsumsi sebanyak kurang lebih 3 gelas per hari. Buah 2-3 porsi/hari, sebagai contoh 3 apel merah kecil atau 2 pisang ambon ukuran sedang per hari,” ujar Annta.
Tambahan suplemen vitamin, menurut Annta, diperlukan oleh orang dengan penyakit tertentu, serta mereka yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi terpapar virus COVID-19, seperti tenaga kesehatan. Masyarakat umum lainnya yang sehat, cukup memastikan asupan gizi seimbang. Susu, karena mudah dikonsumsi, dapat dijadikan salah satu sumber energi dan tambahan vitamin mineral pagi pasien kasus COVID-19, tetapi, tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa susu bisa membersihkan paru-paru,” tandas Annta.
Advertisement
Waktu makan
Sebagai langkah perlindungan kesehatan bagi anak-anak di bawah 12 tahun yang belum dapat menerima vaksin COVID-19, Annta memberikan beberapa saran khusus. Menurutnya, anak usia diatas 2 tahun harus tercukupi gizi dan energinya, serta dibiasakan banyak makan sayur dan buah.
Sedangkan bagi anak yang masih menerima Makanan Pendamping ASI (MPASI), dipastikan kualitas ASI yang baik selain asupan protein dan lemak yang cukup. Selain kandungan gizi, masyarakat perlu menjaga jadwal makan sehari-hari. Umumnya, jadwal makan terbagi berdasarkan tiga waktu utama, yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam.
Menurut beberapa pakar dapat juga diterapkan lima waktu makan, yakni 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan kecil, diutamakan sayur atau buah. Dalam makanan utama, perlu diperhatikan kelengkapan sayuran, karbohidrat, dan protein.
Dianjurkan, 50 persen sayur dan buah, 25 persen protein, dan 25 persen karbohidrat. Cara memasak juga merupakan komponen penting dalam menjaga pola makan yang sehat. Teknik memasak dengan merebus atau mengukus dinilai lebih sehat untuk menjaga kandungan nutrisi pada sayuran yang dimasak. Prosesnya juga perlu diperhatikan.
Sebagai contoh, sayur yang direbus itu baik, tetapi sebaiknya tidak direbus terlalu lama.Sebagai salah satu ikhtiar individu, masyarakat diharapkan untuk menerapkan gaya hidup sehat, mulai dari menjaga pola makan. Dengan demikian, kita dapat hidup berdampingan dengan COVID-19 secara lebih aman.
Infografis Alasan Makan Bersama Berisiko Tinggi Penularan Covid-19.
Advertisement