Ibu Rythia (35) menggiling kopi yang sudah diroastingnya di rumahnya di Nusa Dua, Bali (7/9/2021). Pandemi Covid-19 yang membuat sektor pariwisata terpuruk sehingga ia bekerja di rumah dengan gaji dipotong 80 persen membuatnya tidak patah semangat dan merintis jual kopi. (merdeka.com/Arie Basuki)
Biji kopi yang sudah diroasting siap digiling Ibu Rythia di rumahnya di Nusa Dua, Bali (7/9/2021). Dengan kopi hasil petani wilayah Kintamani dan Pupuan Bali yang diolahnya, ia mampu menghasilkan pendapatan rata-rata 7 hingga 8 juta perbulan. (merdeka.com/Arie Basuki)
Ibu Rythia (35) menggiling kopi yang sudah diroastingnya di rumahnya di Nusa Dua, Bali (7/9/2021). Dibandingkan gajinya sebagai pekerja sektor pariwisata yang dirumahkan saat ini hanya Rp 1 juta. (merdeka.com/Arie Basuki)
Ibu Rythia (35) memasukan biji kopi ke dalam plastik di rumahnya di Nusa Dua, Bali (7/9/2021). Pandemi Covid-19 yang membuat sektor pariwisata terpuruk sehingga ia bekerja di rumah dengan gaji dipotong 80 persen membuatnya tidak patah semangat dan merintis jual kopi. (merdeka.com/Arie Basuki)
Ibu Rythia (35) menimbang kopi untuk dipasarkan secara online di rumahnya di kawasan Nusa Dua, Bali (7/9/2021). Dengan kopi hasil petani wilayah Kintamani dan Pupuan Bali yang diolahnya, ia mampu menghasilkan pendapatan rata-rata 7 hingga 8 juta perbulan. (merdeka.com/Arie Basuki)
Ibu Rythia (35) menimbang kopi untuk dipasarkan secara online di rumahnya di kawasan Nusa Dua, Bali (7/9/2021). Dibandingkan gajinya sebagai pekerja sektor pariwisata yang dirumahkan saat ini hanya Rp 1 juta. (merdeka.com/Arie Basuki)