21 Tahun Lalu, Tragedi Bom di Gedung BEJ

Dalam tragedi bom di Gedung BEJ, sebanyak 10 orang tewas dan 34 orang terluka akibat ledakan itu.

oleh Ika Defianti diperbarui 13 Sep 2021, 07:32 WIB
Ilustrasi BEJ Jakarta. (15/1/2018). (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas di kawasan Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, waktu itu masih ramai dan para pekerja masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Keadaan yang tenang itu pun tiba-tiba berubah menjadi mencekam.

Sore itu, Rabu 13 September 2000 sekitar pukul 15.17 WIB atau tepat 21 tahun lalu terdengar ledakan. Karyawan di Gedung BEJ dengan 31 lantai itu pun langsung berlarian untuk menyelamatkan diri.

Asap hitam membumbung tinggi. Orang-orang menangis histeris dan berhamburan dari dalam gedung. Korban jiwa pun berjatuhan sebanyak 10 orang tewas dan 34 orang terluka akibat ledakan itu.

Ledakan tersebut berasal dari sebuah bom yang ada di dalam mobil Toyota Corona Mark II bernopol B 2676 WL di lantai parkir P2. Akibatnya tercatat dua mobil terbakar dan beberapa lainnya rusak.

Aparat kepolisian langsung bergerak cepat untuk melakukan penyelidikan terkait kejadian berdarah tersebut. Penyelidikan langsung dilakukan kepada sejumlah saksi dan barang bukti. Selang 12 hari, enam pelaku diamankan.

Yakni Tengku Ismuhadi Jafar, Irwan alis Irfan, Ibrahim Hasan, Iswadi H Jamil, Ibrahim AMD bin Abdul Wahab, dan Nuryadin. Ismuhadi merupakan mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) disebut-sebut sebagai otak pelaku pengeboman.

Lokasi perakitan bom di bengkel Krung Baro di Ciganjur, Jakarta Selatan milik Ismuhadi. Lalu, bom tersebut dirakit oleh dua anggota TNI. Yaitu Serda Irwan dan Praka Ibrahim Hasan.

Saat itu, Irwan merupakan anggota Grup V Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sedangkan Ibrahim anggota Detasemen Markas Komando Strategi Cadangan Angkatan Darat (Kostrad).

Selanjutnya, bom dengan bahan peledak TNT dan RDX dioperasikan oleh Irwan dan Ismuhadi. Pada akhirnya para tersangka dihukum dengan kurun waktu yang berbeda. Arab yang 15 tahun, 20 tahun, bahkan seumur hidup.

Misalnya Irwan dan Ibrahim divonis hukuman seumur hidup oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada Rabu (22/8/2001). Sedangkan dua orang lainnya adalah Nuryadin dan Tengku Ismuhadi, yang dihukum selama 20 tahun penjara

Saat dilaksanakan rekonstruksi, diketahui adanya keinginan kaya mendadak dari para pelaku. Yakni dengan memanfaatkan suasana tak aman. Para pelaku memiliki sejumlah uang dolar Amerika Serikat dan dapat ditukarkan dengan rupiah ketika peristiwa tersebut terjadi.

Sebab berdasarkan reka ulang, diskusi rencana dilakukan pada 8 September 2000 di bengkel Krung Baru yang tak jauh dari kediaman Presiden Abdurrahman Wahid. Dalam diskusi itu dihadiri Tengku Ismuhadi, juga Ibrahim Manaf, Ibrahim Hasan dan Sayed Mustopha.

Pada 12 September 2000, Sayed Mustopha dan Zulkifli membawa bahan TNT dan RDX untuk dirakit menjadi bom. Selanjutnya kegiatan merakit bom dilakukan oleh Irwan dan Ibrahim.

13 September 2000 pukul 10.00 WIB bom diletakkan dalam bagasi Toyota Corona Mark II warna merah oleh Nuryadin. Sedan tersebut dikemudikan Irwan dan diikuti mobil Suzuki Sidekick ungu yang dikendarai Ibrahim Hasan, di dalamnya ada Ibrahim Manaf dan Tengku Ismuhadi.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua


Tukarkan Uang

Sebelum mengarah ke tempat tujuan, rombongan singgah dulu di BNI dan BCA Cilandak untuk menukar uang milik Ismuhadi sebanyak Rp 325 juta dan Rp 100 juta milik Ibrahim Manaf ke dalam dolar Amerika Serikat.

Kemudian, Toyota merah berisi bom meluncur dan masuk ke lantai P2 Gedung BEJ, Jakarta Selatan untuk diparkirkan. Lantai P2 merupakan tempat parkir yang dapat digunakan untuk umum.

Setelah memarkirkan mobil, Irwan langsung menuju mobil Suzuki Sidekick yang telah menunggu di luar. Mereka langsung beristirahat di kawasan Parkir Timur Senayan.

Setelah terdengar ledekan dan asap hitam meninggi para tersangka kembali ke Ciganjur. Berdasarkan Harian Kompas (14/9/2000) disebutkan semua korban tewas ditemukan di titik dekat ledakan. Ada yang di dalam mobil ataupun tergeletak di lantai.

"Seorang saksi, Suryadi, petugas satuan pengaman di lantai P2, saat terjadi ledakan mengaku sempat terlempar dan membentur tiang. Meski tidak tahu persis apa yang meledak, Suryadi memperkirakan ledakan berasal dari sebuah mobil yang diparkir di bagian tengah antara kantin dan kantor pos, di lantai parkir tersebut," tulis Harian Kompas.

Sedangkan dalam keterangannya di Polda Metro Jaya, Ismuhadi menyatakan awalnya peledakan akan dilakukan pukul 12.00 WIB. Namun, ledakan kemudian dilakukan pada pukul 15.30 WIB dengan alasan, bila dilakukan siang hari akan banyak menelan korban.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya