FBI Rilis Dokumen Terkait Peran Arab Saudi di Serangan 9/11, Apa Isinya?

Dalam rangka memperingati serangan 9/11, FBI merilis dokumen terkait serangan 11 September 2001 terkait peran Arab Saudi atas perintah Presiden AS Joe Biden.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Sep 2021, 15:51 WIB
Karangan bunga peringatan ditinggalkan di 9/11 Memorial & Museum saat Tribute in Light tahunan memproyeksikan dua pilar cahaya ke langit malam di New York City (10/9/2021). Cahaya kembar itu untuk peringati serangan 11 September 20 tahun silam. (AFP/Roberto Schmidt)

Liputan6.com, New York City - Pada Sabtu 11 September 2021, Biro Investigasi Federal (FBI) merilis dokumen yang berkaitan dengan penyelidikan serangan teroris 9/11 dan dugaan dukungan pemerintah Arab Saudi untuk para pembajak. Hal itu mengikuti perintah eksekutif oleh Presiden Joe Biden.

Dokumen dari 2016 yang baru dirilis tersebut, memberikan rincian pekerjaan FBI untuk menyelidiki dugaan dukungan penjabat konsuler Saudi dan seorang tersangka agen intelijen Saudi di Los Angeles kepada dua orang pembajak pesawat pada 11 September 2001.

Dokumen yang dirilis sebagai bentuk peringatan 20 tahun serangan mematikan itu, masih berisi redaksi yang signifikan, demikian seperti melansir Nine News, Senin (13/09/2021).

Dokumen tersebut disebutkan merinci beberapa koneksi dan kesaksian saksi yang mendorong kecurigaan FBI terhadap Omar al-Bayomi, seorang mahasiswa Saudi di Los Angeles tetapi dicurigai sebagai agen intelijen Saudi.

Dokumen FBI menggambarkan Omar sangat terlibat dalam memberikan bantuan transportasi dan akomodasi untuk dua pembajak.

Kedutaan Saudi di Washington, DC, sebelumnya mengatakan pada Rabu 8 September bahwa pihaknya menyambut baik rilis dokumen FBI dan setiap tuduhan bahwa Arab Saudi terlibat dalam serangan 9/11 pasti salah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Joe Biden Memuji Keputusan Kementerian Kehakiman AS

Presiden Amerika Serikat Joe Biden berbicara tentang berakhirnya perang di Afghanistan dari Ruang Makan Negara Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Selasa (31/8/2021). Biden mengatakan penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan merupakan pilihan terbaik. (AP Photo/Evan Vucci)

Perintah eksekutif Joe Biden mengemuka setelah lebih dari 1.600 orang terkena dampak serangan 9/11, mengiriminya surat.

Surat itu memintanya untuk tidak pergi ke Ground Zero di New York City dalam rangka peringatan 9/11 ke-20, kecuali dia merilis informasi tersebut.

Surat itu sebagian besar mempertanyakan peran Arab Saudi, menunjukkan anggota pemerintah Arab Saudi telah terlibat dalam mendukung serangan.

Tak lama setelah surat itu, Kementerian Kehakiman (DOJ) mengumumkan akan merilis dokumen yang sebelumnya dirahasiakan terkait serangan 9/11.  

Seorang juru bicara Kementerian Kehakiman mengatakan pada Agustus, bahwa pemerintah memberi tahu pengadilan federal Manhattan bahwa FBI baru-baru ini menutup penyelidikan terkait dengan pembajak 11 September tertentu.

"Meskipun perkembangan ini mengikuti putusan Pengadilan Distrik AS yang menegakkan pernyataan hak istimewa pemerintah, FBI telah memutuskan untuk meninjau pernyataan hak istimewa sebelumnya untuk mengidentifikasi informasi tambahan yang sesuai untuk diungkapkan," kata juru bicara itu.

"FBI akan mengungkapkan informasi tersebut secara bergulir secepat mungkin."

Joe Biden memuji keputusan DOJ pada saat itu, dengan mengatakan bahwa itu menindaklanjuti janji kampanyenya agar departemen tersebut bekerja untuk merilis catatan 9/11 dan menggandakan komitmennya kepada keluarga korban serangan 11 September.

 

Reporter: Cindy Damara

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya