Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengibaratkan Asesmen Nasional (AN) sebagai "free medical check up" atau pemeriksaan kesehatan menyeluruh secara gratis untuk sekolah-sekolah serta pemerintah daerah atau pemda. Tujuannya untuk mengetahui di titik mana sistem pengajaran di sekolah harus diperbaiki.
“Supaya kita tahu apa yang perlu dirawat dan diobati,” ucapnya dalam keterangan tulis, Senin (13/9/2021).
Advertisement
Nino, sapaan akrabnya menerangkan, pada pelaksanaan geladi bersih di jenjang SMP, peserta asesmen nasionalyang berjumlah 45 siswa dan 5 siswa cadangan hadir di sekolah untuk bersiap-siap melaksanakan simulasi AN berbasis komputer. Selanjutnya, dengan dibimbing oleh proktor, para siswa login dan memasukkan nomor token tes.
Pada hari pertama AN, para peserta akan mengerjakan soal latihan selama 10 menit, soal literasi selama 90 menit dan survei karakter selama 30 menit. Selanjutnya, pada hari kedua para peserta mengerjakan soal numerasi selama 90 menit dilanjutkan dengan survei lingkungan belajar selama 30 menit.
Dalam pelaksanaan asesmen nasional, pengawas mengedarkan daftar hadir serta memastikan asesmen berjalan dengan tertib, dan mengawasi pelaksanaan asesmen. Proktor mencetak jawaban siswa setelah asesmen selesai di akhir setiap sesi. Kemudian, proktor dan pengawas mengisi berita acara pelaksanaan asesmen.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua
Sekolah Tak Perlu Persiapan Khusus
Mendikbudristek Nadiem Makarim mengingatkan agar sekolah tak perlu melakukan persiapan khusus layaknya menghadapi Ujian Nasional (UN) untuk menyongsong AN. Pasalnya, menurut Nadiem AN jauh berbeda dengan UN.
Ia juga memastikan bahwa pelaksanaan Asesmen Nasional (AN) akan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.
“AN sangat berbeda dengan UN, sehingga tidak perlu persiapan khusus dan tidak perlu khawatir. AN juga dilaksanakan mengikuti peraturan yang berlaku dan protokol kesehatan yang ketat," ujar Nadiem.
Nadiem juga kembali menegaskan bahwa AN tidak menimbulkan konsekuensi apa pun bagi individu siswa, guru, maupun kepala sekolah.
“Sudah disampaikan berkali-kali bahwa AN tidak menimbulkan konsekuensi terhadap individu siwa, guru, maupun kepala sekolah. Tidak ada konsekuensi juga ke anggaran untuk sekolah, maupun ke lulusan. Bahkan data tidak akan dipresentasi sebagai individu, melainkan agregasi sekolah,” ucapnya.
Nadiem menjelaskan, saat ini pelaksanaan AN memasuki tahap geladi bersih untuk memastikan seluruh faktor yang mungkin menghambat pelaksanaan telah diatasi.
Setelah semua simulasi dan geladi selesai, pelaksanaan AN untuk satuan pendidikan akan dimulai pada minggu ke-4 September 2021 dengan sasaran pertama adalah SMK dan Paket C, kemudian disusul oleh SMA, SMP, dan SD/sederajat.
Menurut Nadiem, AN bertujuan untuk mendorong perubahan positif dalam cara guru mengajar, cara kepala sekolah memimpin pembelajaran di sekolahnya, dalam pengawasan sekolah dan cara pemerintah daerah (pemda) melakukan evaluasi diri dalam penganggaran agar lebih berorientasi pada kualitas pembelajaran.
“Jadi, tujuan AN itu sebenarnya memantik perubahan. AN merupakan evaluasi terhadap sistem pendidikan,” tekannya.
Advertisement