Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru memberikan peringatkan bahwa badai matahari super yang terjadi sekali dalam sekitar satu abad, dapat menjerumuskan dunia ke dalam kiamat Internet.
Dikutip dari laman gadgets.ndtv.com, Senin (13/9/2021) hal ini diprediksi bisa membuat sebagian besar perangkat selular masyarakat offline selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Advertisement
Matahari terus-menerus membombardir Bumi dengan partikel elektromagnetik. Normalnya, partikel-partikel yang menciptakan angin matahari biasanya dikirim ke kutub oleh perisai magnet Bumi yang pada akhirnya melindungi planet ini dari kerusakan nyata.
Sekitar setiap 100 tahun, angin matahari ini berubah menjadi badai matahari besar, menurut para peneliti, yang dapat memiliki konsekuensi serius bagi kehidupan modern.
Dalam studi berjudul 'Solar Superstorms: Planning for an Internet Apocalypse' yang dipresentasikan pada konferensi komunikasi data SIGCOMM 2021, penulisnya Sangeetha Abdu Jyothi dari University of California, mengungkap bahwa kemajuan teknologi modern bertepatan dengan periode aktivitas matahari yang lemah dan pusat Tata Surya ini diperkirakan akan menjadi lebih aktif dalam waktu dekat.
Para ilmuwan memperkirakan kemungkinan cuaca ruang angkasa yang ekstrem berdampak langsung ke Bumi antara 1,6 dan 12 persen dalam dekade berikutnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belajar dari Pandemi COVID-19
Menurut penelitian, infrastruktur internet regional akan menghadapi risiko kerusakan yang rendah bahkan ketika badai matahari besar-besaran terjadi. Lantaran serat optik itu sendiri tidak terpengaruh oleh arus yang diinduksi secara geomagnetik.
Tetapi risikonya lebih tinggi untuk kabel bawah laut. Jika badai matahari mengganggu sejumlah kabel, hal itu dapat menyebabkan terputusnya konektivitas antar negara meskipun infrastruktur lokal tetap utuh.
"Infrastruktur kami tidak siap untuk peristiwa matahari skala besar. Kami memiliki pemahaman yang sangat terbatas tentang tingkat kerusakan yang akan terjadi," kata Abdu Jyothi seperti dikutip Wired.
Pandemi dan ketidaksiapan dunia menghadapi keadaan darurat di tingkat global membuat peneliti berpikir tentang ketahanan internet di masa depan.
Untuk badai matahari yang parah, Bumi akan memiliki waktu sekitar 13 jam untuk bersiap, tambah Abdu Jyothi. Baru ada dua badai seperti itu yang tercatat dalam sejarah baru-baru ini (pada tahun 1859 dan tahun 1921).
Advertisement