Menko PMK: Pemerintah Siapkan Skenario Pandemi Jadi Endemi Covid-19

Penanganan Covid-19 akan jadi skala yang lebih kecil ketimbang saat ini sebagai pandemi. Jadi, nantinya hanya lingkup kecil yang jadi tempat sebaran Covid-19.

oleh Arief Rahman H diperbarui 14 Sep 2021, 12:55 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy menyampaikan penyaluran bansos disertai dengan kampanye protokol pencegahan COVID-19 dan penggunaan masker saat rapat di Kantor Kemenko PMK, Selasa (25/8/2020). (Dok Kemenko PMK)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa kesempatan selalu mengatakan bahwa Covid-19 tak bisa berakhir dalam waktu dekat, melainkan akan berubah dari pandemi menjadi endemi Covid-19. Menteri Koordinator bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, mengatakan bahwa saat ini pemerintah sedang menyusun skenario peralihan tersebut.

Dengan begitu, kata Muhadjir, penanganan Covid-19 akan jadi skala yang lebih kecil ketimbang saat ini sebagai pandemi. Jadi, nantinya hanya lingkup kecil yang jadi tempat sebaran Covid-19.

“Kita sudah simpulkan Covid-19 ini tak mungkin berhenti begitu saja. Karena itu, pemerintah susun skenario ini dari pandemi jadi peristiwa wabah yang bersifat endemi. Kalau menurut saya, endemi ini artinya berupaya untuk menyekat penyebaran dan perubahan perilaku,” katanya dalam Webinar 83 Tahun Sinar Mas, Selasa (14/9/2021).

Lebih jauh, ia mengatakan akan mempelajari dan mengusahakan bagaimana penyebaran Covid-19 ini layaknya penyakit infeksius biasa saja, tidak semasif saat ini. Sehingga penanganannya, dengan keandalan sistem kesehatan yang mumpuni, mampu ditangani lebih ringan.

“Nanti kita upayakan Covid-19 hanya jadi terjadi musiman. Jadi, ada saatnya musim covid, atau terjadi di wilayah yang terbatas, dan itu baru bisa disebutkan sebagai endemi. Jadi covid ini akan disebut sebagai infeksius biasa,” katanya.

 


Perubahan Perilaku

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy. (Dok Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan/Kemenko PMK)

Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan, bahwa kunci dari suksesnya peralihan pandemi jadi endemi adalah pada perubahan perilaku masyarakat. Menurut dia, tanpa ada perubahan perilaku yang memandang pentingnya protokol kesehatan, peralihan tersebut tak bisa terjadi.

“Nah pemerintah sudah siapkan skenario, kuncinya perubahan perilaku masyarakat. Tanpa ada perubahan perilaku, untuk menuju endemi ini perlu jalan panjang,” katanya

Ia mewanti-wanti masyarakat untuk menganggap bahwa protokol kesehatan yang saat ini dijalankan adalah sebuah aktivitas normal. Sehingga penggunaan masker, cuci tangan, jaga jarak sudah menjadi kegiatan sehari-hari yang bisa membersamai aktivitas masyarakat.

“Harus mulai anggap prokes sudah bukan lagi kewajiban, tapi yang embedded di dalam perilaku kita. Orang lihat pakai masker itu sudah jadi satu hal biasa,” tambahnya.

Namun, ia menambahkan, misalnya pada cara penggunaan masker yang baik sudah bukan jadi tugas yang harus disosialisasikan pemerintah, tapi sudah menjadi bagian dari masyarakat, dan dikembalikan kepada masing-masing orang. Artinya, masyarakat sudah tak perlu lagi disosialisasikan terkait penggunaan masker.

“Kalau itu terjadi, misalnya, pakai masker, itu berarti masyarakat sudah siap masuk ke masa endemi. Kalau dulu pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, media mainstream jadikan headline, setelah endemi itu jadi peristiwa yang biasa saja,” katanya.

Dengan demikian, Menko Muhadjir optimistis mampu lebih cepat bergerak menuju masa endemi Covid-19 di Indonesia. Tentunya, kata dia dengan dukungan berbagai sektor yang jadi penopang dalam mengendalikan Covid-19.


Ambil Hikmah

Bandung siaga 1 COVID-19, Menko PMK Muhadjir Effendy minta masyarakat lebih memperketat protokol kesehatan usai meninjau RSKIA Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021). (Dok Kemenko PMK)

Selain itu, Menko Muhadjir juga mengatakan, dengan adanya Covid-19 ini, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengambil hikmah sebanyak-banyaknya. Misalnya, kata dia, pada sektor keandalan di sistem kesehatan.

“Kita semakin sadar kalau infrastruktur kesehatan kita masih ringkih, rapuh, dengan ada Covid ini kita digiring oleh untuk mengarah dan menunjukkan di mana kelemahan infrastruktur kesehatan kita berada,” katanya.

Jadi, kekurangan dari sistem di rumah sakit menjadi perhatian lebih dan diharapkan menjadi tepat sasaran karena kelemahan dalam menangani Covid-19 sebelumnya. Sehingga, diharapkan jika menemukan kondisi krisis yang sama di kemudian hari, rumah sakit sudah lebih siap.

“Ini lebih murah kalau dibanding membangun rancang bangun, dan belum tentu juga tepat. Tapi dengan teruji oleh Covid-19 ini, pembangunan infrastruktur ini berangkat dari pengalaman mengatasi Covid-19,” katanya.

“Satu sisi (Covid-19) ini jadi malapetaka, ujian bagi kita, tapi juga memberikan pelajaran yang sangat berharga dalam banyak hal termasuk sektor kesehatan,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya