Liputan6.com, Yogyakarta- Sebagai orang pertama di Indonesia dan satu-satunya seniman yang pernah menjalani pelatihan simulasi hidup di Planet Mars, Venzha Christ tidak semata-mata sepakat dengan keinginan manusia untuk hidup di Mars. Justru, Venzha Christ berpikir, keinginan manusia hidup di Mars menyalahi ilmu pengetahuan.
“Mengajak orang pindah dan membuat koloni di Mars mungkin sedikit kurang tepat untuk pengembangan pola pikir manusia dalam memahami planet ini,” ujarnya di v.u.f.o.c lab Yogyakarta.
Banyak alasan yang menyebabkan Mars tidak layak dihuni selamanya oleh entitas manusia. Bagi Venzha, mengirim manusia ke Mars sama dengan misi bunuh diri.
Baca Juga
Advertisement
Banyak hal di Mars yang membuat Venzha Christ tidak yakin bisa dihuni manusia, antara lain, planet ini memiliki minimal 22 kondisi potensi bencana alam yang mematikan, seperti radiasi, pusaran angin berkekuatan besar, space germs (bakteri planet), suhu sekitar minus 81 derajat Fahrenheit (minus 63 derajat Celsius), serta kandungan karbondioksida sebanyak 96 persen yang berarti sangat beracun bagi manusia, dan masih banyak lainnya.
Kalau begitu, apa arti penting simulasi hidup di Mars bagi Venzha Christ? Seniman sains antariksa ini meyakini Mars hanya cocok sebagai laboratorium sains dan eksplorasi teknologi untuk masa depan umat manusia.
Artinya, orang atau astronaut yang pergi ke sana tidak selayaknya tinggal menetap tapi harus kembali ke bumi. Ilmu yang didapat dari Mars wajib hukumnya dikembalikan ke bumi dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia di bumi.
“Jadi, saya dukung manusia pergi ke Mars untuk eksplorasi, penelitian, dan membangun laboratorium di sana,” tutur Venzha Christ yang juga menjabat sebagai Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) ini.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Jarak Paling Dekat dari Bumi
Ia pun mendukung ilmuwan yang menolak koloni manusia hidup di Mars, seperti astrofisikawan Neil deGrasse Tyson dan futuris Michio Kaku. Bahkan, Neil pernah menyindir Elon Musk dengan mengatakan akan pergi ke Mars dengan SpaceX setelah Elon Musk mengirim ibunya ke Mars terlebih dulu.
Sementara, Michio menggambarkan situasi di Mars dengan oksigen yang sangat tipis dan gravitasi hanya 37,6 persen dari gravitasi bumi. Belum lagi ditambah dengan radiasi kosmik, mikrometeorit, dan Mars dalam kondisi beku.
“Mars memang kerap dijadikan objek pelatihan luar angkasa karena jaraknya yang terdekat dengan bumi, dan terjangkau untuk dikunjungi untuk teknologi manusia saat ini, walaupun sebenarnya planet itu tidak pas jika dihuni manusia secara permanen dari banyak sudut pandang sains antariksa,” kata Venzha Christ.
Dulu, prediksi waktu tempuh ke Mars membutuhkan 2,5 tahun untuk sekali perjalanan pergi. Kemudian teknologi berhasil mempercepat waktu tempuh berkisar enam sampai sembilan bulan untuk satu kali perjalanan. Elon Musk juga pernah bilang pada masa mendatang perjalanan ke Mars bisa ditempuh 80 hari.
“Semuanya sangat tergantung dari kecepatan dan percepatan kemajuan teknologi, inovasi, serta perkembangan sains antariksa, khususnya dalam ranah 'space science dan space exploration”, ujarnya.
Advertisement
Europa
Venzha Christ berpikir sebenarnya masih banyak planet menyerupai bumi yang layak dihuni koloni manusia ketimbang Mars. Jupiter, misalnya, memiliki banyak satelit dan bulan. Jumlah bulan yang sudah ditemukan sebanyak 79 dan 53 di antaranya sudah diberi nama.
Bulan di Jupiter bernama Europa kemungkinan besar mirip dengan bumi. Namun demikian, jaraknya memang jauh dari bumi.
Kondisi Europa juga dianggap lebih masuk akal. Planet itu memiliki oksigen, nitrogen, karbon, dan helium. Bencana alam dan radiasi juga tidak separah Mars.
“Kondisi Europa ini bisa dilihat melalui foto jarak jauh yang dianalisis lewat warna dan spektrumnya, dan masih akan diteliti terus planet atau satelit lain dalam tata surya kita sendiri. Usaha-usaha manusia untuk terus bereksplorasi tentang planet lain yang kemungkinan lebih layak dihuni manusia masih terus dilakukan,” ucap Venzha Christ.
Setelah mengikuti pelatihan simulasi hidup di Mars, Venzha Christ juga mengikuti pelatihan simulasi perjalanan ke Mars setahun kemudian. Seperti apa ceritanya? Bersambung ke Catatan Kecil Venzha Christ Jalani Simulasi Hidup di Planet Mars (Bagian IV)