Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Jepang di Jakarta membantah adanya e-mail peringatan terorisme kepada warga mereka di Indonesia.
Sebelumnya, beredar kabar bahwa Jepang mengirimkan e-mail tersebut kepada warganya di beberapa negara Asia Tenggara. Negara tetangga seperti Malaysia telah mengkonfirmasi adanya e-mail tersebut.
Advertisement
Berdasarkan informasi Kedubes Jepang, e-mail serupa tak disebar di Indonesia, meski beredar di negara Asia Tenggara lain.
"Yang dapat kami sampaikan saat ini adalah bahwa ada semacam alert yang dikeluarkan oleh beberapa Kedutaan Jepang," jelas pihak Kedutaan Besar Jepang kepada Liputan6.com, Selasa (14/9/2021).
"Namun untuk kantor Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, sampai saat ini tidak mengeluarkan peringatan kepada warga Jepang di Indonesia," lanjut pihak kedubes.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga telah meminta klarifikasi Jepang, dan menyebut tak ada e-mail terkait peringatan terorisme di Indonesia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Respons Polri
Di lain tempat, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menyatakan selalu siap dalam mencegah dan meningkatkan upaya pelacakan terhadap segala bentuk ancaman teror. Termasuk atas informasi peringatan dari Jepang.
"Densus selalu dalam kondisi siaga untuk memonitor gerakan-gerakan jaringan teroris di wilayah kita, termasuk regional dan internasional. Akan ada tindak lanjut terhadap informasi-informasi seperti ini," tutur Kabag Banops Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar kepada wartawan, Selasa (14/9/2021).
Aswin menyebut, Polri tentunya mendalami sumber informasi ancaman teror yang disampaikan Kementerian Luar Negeri Jepang. Densus 88 Antiteror Polri sejak awal melakukan upaya pre-emtive strike atau pencegahan terhadap aksi teroris di Indonesia.
"Densus 88 tidak pernah berhenti bergerak, baik dalam pencegahan maupun penindakan," kata Aswin.
Kementerian Luar Negeri Jepang pada Senin (13/9) mendesak warganya untuk menjauh dari fasilitas keagamaan dan keramaian di enam negara Asia Tenggara, sambil memperingatkan kemungkinan adanya serangan maupun aksi teror. Melansir AP News, Selasa (14/9/2021), Kementerian mengatakan telah memperoleh informasi bahwa "ada peningkatan risiko seperti bom bunuh diri."
Advertisement