Liputan6.com, Jiangsu - Seorang pemilik warung makan di China ditangkap setelah mengaku menambahkan bubuk opium ke masakannya dengan tujuan membuat pelanggan ketagihan.
Dilansir dari Oddity Central, Rabu (15/9/2021), kantor Polisi Lunan di Kota Lianyungang, Provinsi Jiangsu China menerima informasi bahwa pemilik warung mi panas lokal mungkin menggunakan bahan ilegal. Bahan terebut digunakan untuk membuat ketagihan pelanggan.
Advertisement
Pelapor anonim tersebut ternyata baru menonton iklan layanan masyarakat tentang himbauan penggunaan zat adiktif di warung makan. Penasaran, ia membawa sampel hidangan warung mi favoritnya ke polisi untuk diuji. Hasil menunjukkan bahwa sampel mengandung tingkat papaverine yang tinggi, narkotika, dan senyawa tak lazim lainnya.
Polsek Lunan bekerja sama dengan Brigade Investigasi Lingkungan Makanan dan Obat-obatan, melakukan penggeledahan terhadap warung makan tersebut. Alhasil, ditemukan satu pot besar minyak cabai yang dicampur dengan zat turunan opium.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sepi Pelanggan karena Pandemi
Pemilik warung tersebut merupakan seorang pria lokal bermarga Li. Tidak punya pilihan, Li mengaku membumbui mi cabainya dengan bubuk opium. Ia juga menjelaskan bahwa itu satu-satunya cara untuk pulih dari kerugian selama pandemi COVID-19. Menurutnya, membuat mi dengan zat adiktif dapat membantu bisnisnya pulih lebih cepat.
Papaver somniferum atau opium poppy umumnya diproses untuk membuat obat adiktif opium, tetapi sebagian lagi tampaknya digunakan oleh pebisnis makanan di Cina untuk menjual masakan yang candu.
Menurut statistik, dari 2020 hingga April 2021, ada sekitar 155 kasus kriminal yang melibatkan penambahan bubuk opium ke makanan. Henan, Guizhou, dan Jiangsu adalah tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak.
Penulis: Anastasia Merlinda
Advertisement