Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyodorkan nama Ketua Dewan Kehormatan PAN Soetrisno Bachir sebagai calon menteri ke Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Kalau memungkinkan saya menitip apa saja. Mas Tris sebagai tim sukses Pak Jokowi pada waktu itu bisa kembali diperankan apa pun terserah," ujar Zulkifli dikutip dalam kanal YouTube Karni Ilyas Club, Senin 13 September 2021.
Advertisement
Hal tersebut pun menuai beragam tanggapan. Termasuk dari Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi yang mengatakan keputusan itu merupakan kewenangan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
"Kalau sumbernya dari ketua umum PAN, Bang Zul, hal itu pasti benar. Iya betul," ujar Viva.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menilai, PAN sebaiknya menghormati apa pun keputusan Presiden Jokowi nanti. Ia mengingatkan tidak perlu menekan ataupun memaksa presiden.
Apalagi PAN sebaga partai yang datang belakangan seharusnya menerima bila tidak ada atau adanya jatah menteri.
"Apapun putusan presiden harus dihormati dan diterima. Jangan sampai nekan apalagi maksa maksa presiden," ujar Jazilul kepada wartawan, Selasa (14/9/2021).
Berikut sederet tanggapan terkait PAN ajukan nama Ketua Dewan Kehormatan PAN Soetrisno Bachir sebagai calon menteri ke Presiden Jokowi dihimpun Liputan6.com:
1. PAN
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengatakan, partainya menyodorkan nama Ketua Dewan Kehormatan PAN Soetrisno Bachir sebagai calon menteri ke Presiden Joko Widodo.
Zulkifli berharap Jokowi menunjuk Soetrisno sebagai menteri atau peran apapun yang dikehendaki presiden.
"Kalau memungkinkan saya menitip apa saja. Mas Tris sebagai tim sukses pak Jokowi pada waktu itu bisa kembali diperankan apapun terserah," ujar Wakil Ketua MPR RI ini.
Menurut Zulkifli, Soetrisno Bachir sosok yang tepat jika Jokowi meminta kader PAN sebagai menteri karena pernah menjadi tim sukses saat pilpres.
"Sekali lagi ini memang di luar kebiasaan kita tidak menyodorkan. Memang pernah satu pertemuan saya menyampaikan karena ada Dewan Kehormatan PAN namanya mas Tris (Soetrisno Bachir) itu tim sukses pak Jokowi, dulu ketua KEIN," ujar Zulkifli dikutip dalam kanal YouTube Karni Ilyas Club, Senin 13 September 2021.
Saat Pilpres 2014 dan 2019 Soetrisno Bachir terang-terangan mendukung Jokowi sebagai calon presiden. Meski ketika itu PAN sebagai partai yang menaunginya mendukung Prabowo Subianto.
Namun, hingga saat ini PAN belum mendapatkan kabar dari Jokowi setelah menyatakan bergabung dengan koalisi pemerintah.
"Sejujurnya apa adanya kita memutuskan kemarin sampai rakernas belum ada pembicaraan soal itu, belum ada, kami menyadari itu hak prerogatif presiden," katanya.
Kabar itu diamini Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi. Menurut Viva, keputusan itu merupakan kewenangan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
"Kalau sumbernya dari ketua umum PAN, Bang Zul, hal itu pasti benar. Iya betul," ujar Viva kepada wartawan.
Viva mengatakan, Rakernas PAN sudah memberikan kewenangan penuh kepada Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan untuk mengambil keputusan dinamika politik di partai. Sebab Rakernas sudah menyetujui PAN berada dalam barisan partai koalisi pemerintah.
"Karena salah satu hasil Rakernas menyatakan bahwa setuju PAN berada di barisan partai koalisi pemerintah. Dan semua keputusan tentang dinamika politik, termasuk proses penentuan pasangan calon presiden/wapres diberikan kewenangan kepada ketum PAN," jelas Viva.
Advertisement
2. Pengamat Politik Unpad
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menilai, sosok Soetrisno Bachir akan dipercaya oleh Jokowi.
Hal tersebut, kata dia, terlihat dari rekam jejak yang dimiliki Soetrisno mendukung Jokowi pada pemilu 2014 maupun 2019.
"Pak Soetrisno malah yang membela Pak Jokowi, yang mendukung Pak Jokowi waktu itu baik itu di 2014 maupun 2019. Padahal PAN ada di kubu Pak Prabowo. Kalau menurut saya dari track recordnya ini jelas Pak Jokowi akan sangat percaya pada Pak Soetrisno karena loyalitasnya sudah teruji di dua pemilu," ucap Kunto kepada merdeka.com, Selasa (14/9/2021).
Walaupun sempat kecewa pada 2018 dan tidak akan mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin, tetapi hal tersebut mereda. Soetrisno pun kembali mendukung Jokowi.
"Beliau tetap dukung Pak Jokowi, sempat kecewa tapi baikan lagi. Kalau menurut saya Pak Soetrisno Bachir punya kedewasaan politik yang tidak ngambekan demikan pula Pak Jokowi. Mereka bisa dengan jernih bersikap politik demi agenda-agenda kebangsaan," bebernya.
Kunto juga menilai, sosok Soetrisno sebagai pengusaha, di kalangan masyarakat dinilai bersih serta tidak memiliki cacat politik.
"Pak Soetrisno terkenal tidak punya cacat politik, maupun cacat moral dan etika selama berada di elit politik, baik itu sebagai ketua PAN, maupun politik selama di Indonesia," beber dia.
Tidak hanya dalam sektor perdagangan dam politik, Soetrisno juga, kata Kunto, adalah sosok Muhammadiyah di PAN. Dia menilai, nantinya Soetrisno akan memiliki pengaruh besar.
"Pak Soetrisno Bachir tokoh Muhammadiyah yang ada di PAN dan pengaruhnya besar ke Muhammadiyah. Jadi mungkin kalau Pak Soetrisno Bachir masuk ke kabinet, itu akan menguntungkan pemerintah dukungan dari Muhammadiyah akan semakin besar," terang Kunto.
Tidak hanya itu, dia juga mengatakan, sosok Soetrisno juga akan mengembalikan loyalitas anggota Muhammadiyah kepada PAN.
"Ke PAN yang selama ini punya masalah ketika Amin Rais membuat partai baru dan sangat mungkin kekuatan Pak Soetrisno Bachir akan mengembalikan loyalitas kader atau anggota Muhammadiyah kepada PAN," bebernya.
Sebab itu, dia menilai sosok Soetrisno menjadi nama yang disodorkan PAN sudah tepat. Begitu pun jika Jokowi memilih Soetrisno.
"Sebagai menteri itu sudah sangat tepat dan mudah-mudahan ini bisa mendongkrak kepercayaan publik terhadap pemerintah, terutama pada persoalan ekonomi dan covid ini dan juga efeknya bisa dinikmati PAN dalam bentuk elektoral, entah itu elektabilitas, maupin popularitas, PAN untuk 2024," pungkasnya.
3. Indo Barometer
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai bahwa istana lebih menginginkan Ketum PAN Zulkifli Hasan ketimbang kader lain untuk menjadi menteri.
Menurut Qodari, menjadi titik buntu jika bukan Zulkifli Hasan yang jadi menteri dalam dinamika isu reshuffle ini.
"Saya melihat sejauh ini pemerintah maunya Pak Zul yang masuk begitu, dan kalau bukan Pak Zul kelihatannya sulit, menjadi kuldesak, titik buntu. Karena pemerintah maunya Pak Zul yang masuk," katanya lewat pesan suara.
"Tapi Pak Zul menyodorkan nama lain ini yang membuat mengapa kemudian reshuffle dan masuknya PAN tertunda-tunda terus," tambah dia.
Menurutnya, Zulkifli Hasan cocok menjadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Sebab, Zulhas termasuk senior karena pernah menjadi menteri dan mewakili Muhammadiyah.
"Karena beliau ini pernah jadi menteri kehutanan, kemudian pernah jadi ketua MPR maka kemungkinan polisi di kabinet itu posisi senior, posisi senior itu kalau di tradisi politik Indonesia, posisi Menko. Dari posisi Menko yang ada punya titik temu, istilahnya tukar guling posisi Menko Kesra," terang Qodari.
"Karena Pak Zul selain PAN itu punya warna Muhammadiyah dan Pak Menko kesra yang sekarang Pak Muhadjir masuk sebagai representasi "Muhammadiyah", sambung dia.
Sedangkan, bila nama lain selain Zulhas yang masuk kabinet maka posisinya bisa bervariasi.
Menurut Qodari, nama-nama yang beredar selain Zulhas adalah Sekjen PAN Eddy Soeparno dan petinggi PAN Soetrisno Bachir.
"Kalau Mas Soetrisno Bachir dengan latar belakang beliau sebagai pengusaha kemudian pernah di lembaga KEIN maka kemungkinan portofolinya kemungkinan berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi," ucapnya.
Lebih lanjut, Qodari belum tahu pasti apakah Zulhas sudah benar-benar mau mengisi posisi menteri. Mestinya, dengan kehadiran Zulhas di Istana dengan para Ketum parpol pendukung Jokowi menjadi sinyal bahwa ia akan masuk di kabinet.
"Saya tidak tahu kehadiran pak Zul ini mengubah kuldesak yang terjadi selama ini, apakah berarti Pak Zul sudah bersedia masuk kabinet atau tidak itu menarik kita lihat dalam reshuffle atau perubahan kabinet yang akan datang," kata dia.
"Harusnya dengan hadirnya Pak Zul di Istana kemarin menjadi sinyal bahwa Pak Zul sudah menerima dan masuk ke dalam kabinet mewakili PAN," tutup Qodari.
Advertisement
4. PA 212
Kabar nama Soetrisno disodorkan PAN sebagai menteri juga sampai ke telinga Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 atau PA 212, Slamet Maarif. Nama Soetrisno disebut Slamet menjadi salah satu kader terbaik PAN disodorkan untuk menjadi menteri Kabinet Indonesia Maju.
"Pernah dengar aja ada info beberapa kader terbaik PAN disodorkan selain ketum PAN, karena ketum PAN akan konsentrasi membesarkan Partai," kata Slamet saat dihubungi merdeka.com, Selasa (14/9/2021).
Namun Slamet mengaku belum pernah berkomunikasi langsung dengan Soetrisno Bachir. Dia pun tak menjawab ketika ditanya Soetrisno Bachir sebagai sosok mendanai aksi 212.
Hanya saja, Slamet menegaskan jika Soetrisno terpilih masuk jajaran Kabinet Indonesia Maju, PA 212 akan menjaga jarak dengan PAN. Sebab hal itu sudah keputusan bersama para ulama.
"Kita masih berpegang pada ijtima ulama 4 untuk menjaga jarak dengan penguasa dan koalisinya. Jadi ketika PAN resmi koalisi dengan masuknya pak Soetrisno Bachir ya PA 212 akan jaga jarak dengan PAN," ujar dia.
Walaupun begitu, Slamet menjelaskan PA 212 tetap membuka pintu untuk tukar pikiran dengan siapapun. Hal tersebut demi kemaslahatan bangsa dan umat.
"Demi kemaslahatan bangsa dan umat Islam," kata Slamet.
Kendati begitu, dia menilai terkait urusan jabatan menteri berada pada keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Termasuk apabila Soetrisno yang dipinang menjadi menteri.
Menurut dia, Soetrisno merupakan sosok berpelangaman dalam usaha maupun perpolitikan tanah air. Dia berharap apabila nanti terpilih menjadi menteri Soetrisno amanah buat bangsa dan agama.
"Insya Allah beliau orang baik, profesional juga dan berpengalaman ya kita doakan saja semoga amanah dan membawa manfaat buat bangsa dan agama," pungkasnya.
5. PKB
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengakui mengusulkan Ketua Dewan Kehormatan PAN Soetrisno Bachir sebagai menteri.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menilai, PAN sebaiknya menghormati apapun keputusan Presiden Joko Widodo nanti. Ia mengingatkan tidak perlu menekan ataupun memaksa presiden.
Apalagi PAN sebaga partai yang datang belakangan seharusnya menerima bila tidak ada atau adanya jatah menteri.
"Apapun putusan presiden harus dihormati dan diterima. Jangan sampai nekan apalagi maksa maksa presiden," ujar Jazilul kepada wartawan.
"Terima saja kalau ada, wong datangnya juga belakangan," imbuhnya.
PKB mengaku tidak masalah PAN mengusulkan nama Soetrisno Bachir sebagai menteri. Menurut Jazilul sosok tersebut layak sebagai pembantu Jokowi.
"Silakan saja diusulkan, Pak Soetrisno Bachir juga layak kok. Namun itu hak prerogatif Presiden, kita hormati hak Presiden untuk memutuskan," jelas dia.
(Lesty Subamin)
Advertisement