Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan memegang presidensi G20 terhitung mulai tanggal 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022, pertama sejak G20 didirikan.
Serah terima akan dilakukan pada saat KTT G20 di Roma tanggal 30-31 Oktober 2021.
"Tentunya ini merupakan kepercayaan dan pada saat yang sama merupakan tanggung jawab besar bagi Indonesia yang Inshaallah akan kita tunaikan sebaik mungkin," ujar Menlu Retno dalam press briefing yang disiarkan melalui Youtube Perekonomian RI.
Baca Juga
Advertisement
Presidensi G20 Indonesia akan mengambil tema "Recover Together, Recover Stronger."
Selanjutnya, Menlu Retno mengatakan bahwa WHO menyampaikan harapan bahwa pada akhir tahun ini, negara dunia dapat melakukan vaksinasi 40% dari populasinya, dan 70% pada pertengahan tahun 2022.
Sementara dari aspek ekonomi,sesuai dengan data IMF, tahun lalupada tahun 2020, ekonomi dunia turun hingga minus 3,2%.
Tahun ini, terdapat tren positif pertumbuhan yang diperkirakan mencapai angka 6% dan tren ini diharapkan akan berlanjut pada tahun 2022, yaitu tumbuh 4,9%.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Eratkan Solidaritas dan Kerja Sama
Selama keketuaan Indonesia di G20, Menlu Retno mengharapkan adanya solidaritas, kerja sama, kolaborasi, kemitraan dan inklusivitas.
Inklusivitas akan menjadi salah satu kata kunci dalam Presidensi G20 Indonesia.
Indonesia tidak hanya akan memperhatikan kepentingan anggota G20 saja, namun juga kepentingan negara berkembang dan kelompok rentan.
"Ini memang menjadi DNA politik luar negeri Indonesia," ujar Menlu Retno.
Indonesia akan memberikan perhatian besar kepada negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, termasuk negara-negara kepulauan kecil di Pasifik dan Karibia.
"Kita juga akan merangkul keterlibatan berbagai kalangan, perempuan, pemuda, akademisi, dunia usaha dan Parlemen," tambah Menlu Retno.
Selain isu kesehatan dan pandemi serta pembangunan berkelanjutan, perhatian besar akan diberikan pada UMKM dan ekonomi digital, yang sukses menjadi penggerak ekonomi di masa pandemi.
"Kita ingin dorong pengakuan atas peran penting dan pemberdayaan tenaga kerja difabilitas dalam dunia kerja," tambah Menlu Retno.
Advertisement