Liputan6.com, Jakarta - Gagal jantung adalah kondisi terjadinya gangguan pada struktur atau fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung menjalankan fungsinya untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh.
Secara klinis, Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Kasih Ibu Kedonganan, Bali, dr Ni Wayan Lena Agustini M. Biomed menjelaskan bahwa gagal jantung adalah sekumpulan gejala yang kompleks.
Menurut Lena, gejala khas (tipikal) gagal jantung antara lain sesak napas saat istirahat atau aktivitas, cepat lelah, dan pembengkakan pada pergelangan kaki.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan gejala yang tidak khas seperti batuk pada malam atau dini hari, berat badan bertambah > dua kilogram (kg) per minggu, berat badan turun (yang biasanya terjadi pada penderita gagal jantung stadium lanjut), kembung (begah), nafsu makan menurun, berdebar atau pingsan.
Gejala utama gagal jantung adalah sesak napas dan rasa lelah sepanjang hari. Penyakit ini juga dapat membuat pasokan darah ke ginjal menjadi lebih sedikit, sehingga terjadi penumpukan cairan di tubuh penderitanya yang ditandai dengan:
- Pembengkakan pada kaki (termasuk pergelangan kaki) dan perut
- Kenaikan berat badan
- Frekuensi buang air kecil yang meningkat pada malam hari
Lebih lanjut Lena mengatakan bahwa penyakit jantung bisa juga disebabkan gaya hidup yang salah seperti merokok, minum alkohol, kafein berlebih, dan mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi.
Dia juga menjelaskan bahwa beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya gagal jantung di antaranya:
- Penyakit jantung koroner.
- Aritmia atau gangguan ritme jantung.
- Kardiomiopati atau gangguan otot jantung.
- Kerusakan pada katup jantung.
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
- Hipertiroidisme atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
- Anemia atau kekurangan sel darah merah.
- Miokarditis atau radang otot jantung.
- Cacat jantung sejak lahir.
- Diabetes.
Empat Jenis Gagal Jantung
1. Gagal jantung kiri (gangguan pada bilik kiri (ventrikel kiri) jantung yang tidak dapat memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh menyebabkan tubuh kekurangan darah yang mengandung oksigen).
2. Gagal jantung kanan (kerusakan pada bilik kanan (ventrikel kanan) jantung yang menyebabkan proses pengambilan oksigen di dalam paru-paru oleh darah tidak berjalan dengan baik)
3. Gagal jantung sistolik (otot jantung tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga proses penyaluran darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu).
4. Gagal jantung diastolik (jantung sulit terisi darah akibat kekakuan pada otot organ tersebut).
Selain itu gagal jantung juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kelainan strukturalnya dan berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional nya.
Berdasarkan kelainan struktural, gagal jantung dapat diklasifikasikan menjadi 4 stadium yaitu:
- Stadium A (kondisi seseorang sudah memiliki risiko untuk mengalami gagal jantung tapi belum ada kelainan struktural atau fungsional pada jantung).
- Stadium B (kondisi sudah ada kelainan pada struktur jantung tapi pasien belum menunjukkan adanya gejala gagal jantung).
- Stadium C (pasien dengan gagal jantung dengan gejala khas berhubungan dengan penyakit struktural yang mendasari).
- Stadium D (penyakit jantung struktural lanjut serta kondisi keluhan gagal jantung masih muncul saat istirahat meskipun sudah mendapatkan terapi farmakologi maksimal).
Bila berdasarkan kapasitas fungsional dibagi juga menjadi fungsional kelas I, II, III, dan IV itu berarti semakin berat keluhan pasien sehingga semakin terbatas aktivitas yang dapat dilakukan oleh pasien semakin tinggi fungsional kelas pasien.
“Selain karena gaya hidup, penyakit jantung juga ada yang disebabkan karena genetik atau keturunan. Maka dari itu, penting juga untuk melakukan pemeriksaan secara dini,” katanya.
Advertisement
Cara Diagnosa Gagal Jantung
Diagnosa gagal jantung bisa menjadi sulit, terutama pada fase stadium dini. Walaupun gejala yang ditimbulkan akan membawa pasien untuk mencari pertolongan farmakologi, banyak dari gejala gagal jantung yang tidak spesifik dan kesulitan untuk membantu menyingkirkan dan membedakan antara gagal jantung dan peyakit lainnya.
Beberapa pemeriksaan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gagal jantung yaitu :
1. Elektrokardiogram (EKG). Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada semua pasien diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung. Abnormalitas EKG memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung. Akan tetapi abnormalitas ECG dapat memberikan kita prediksi tentang kemungkinan penyebab gagal jantung .
2. Foto Toraks atau rontgen polos dada merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung. Foto toraks dapat mendeteksi adanya pembesaran jantung atau kardiomegali, bendungan paru, cairan dalam selaput pembungkus paru atau efusi pleura, dan dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat keluhan sesak nafas pada pasien dengan gagal jantung. Kardiomegali atau pembesaran jantung dapat tidak ditemukan pada gagal jantung akut dan kronik.
3. Pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah perifer lengkap (hemoglobin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR), glukosa, tes fungsi hepar, dan urinalisa. Pemeriksaan tambahan lain dipertimbangkan sesuai gambaran klinis. Salah satu pemeriksaan penting dalam mendiagnosis, mengevaluasi pengobatan dan penilaian prognosis pada pasien jantung adalah dengan pemeriksaan natriuretic peptide (NT-pro BNP).
4. Echocardiography atau USG jantung adalah salah satu modalitas penting dalam penegakan diagnosis, evaluasi terapi pasien dengan gagal jantung. Konfirmasi diagnosis gagal jantung dengan pemeriksaan ekokardiography adalah suatu keharusan yang harus dilakukan secepatnya pada pasien dengan kecurigaan adanya gagal jantung.
Saat ini pemeriksaan ini menjadi modalitas awal yang utama dalam menilai struktur dan fungsi jantung. Melalui pemeriksaan ini pula kita dapat menentukan jenis gagal jantung pasien dan menentukan terapi pilihan untuk pasien gagal jantung.
Tentunya penanganan pasien gagal jantung menjadi bagian yang sangat penting setelah kita menegakkan diagonosa pasien dengan gagal jantung dan penyebabnya. Manajemen pasien gagal jantung dapat berbeda antara satu pasien dengan pasien yang lain dan responsif terapi gagal jantung juga dapat berbeda antar pasien.
Manajemen Pasien Gagal Jantung
Manajemen ini dapat menjadi 2 kelompok utama yaitu manajemen non famakologi dan manajemen farmakologi.
Manajemen non farmakologi meliputi :
- Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga. Dengan memberikan penjelasan yang baik tentang penyakit yang diderita oleh pasien, faktor risiko apa saja yang dapat memperburuk kondisi gagal jantung yang sudah ada dan hal hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien dengan gagal jantung.
Hal ini menjadi sangat penting karena dengan pasien memahami kondisinya secara baik akan dapat memengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan proses pengobatan gagal jantung yang tentunya bisa memerlukan waktu yang lama.
Dengan tingkat kepatuhan pengobatan yang baik diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat gagal jantung serta menurunkan angka rehospitalisasi.
- Pemantauan berat badan mandiri di rumah sangat penting karena ketika terjadi peningkatan berat badan lebih dari 2 kilo dalam waktu 2 hari maka pasien harus menyesuaikan pengobatan yang sudah dijalani pasien seperti meningkatkan dosis obat diuretika yang dimiliki oleh pasien atau pasien dapat segera bekonsultasi dengan dokter nya.
- Pembatasan cairan. Pasien dengan gagal jantung terutama dengan gejala berat memerlukan pembatasan cairan sebanyak 900 ml sampai 1200 cc cairan per hari bergantung berat badan pasien.
- Pasien gagal jantung dengan obesitas diharapkan dapat mengurangi berat badannya dengan harapan dapat mencegah perburukan gagal jantung, dan memperbaiki kualitas hidup.
- Latihan fisik sangat dianjurkan dilakukan oleh semua pasien gagal jantung yang sudah stabil. Latihan fisik dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri di rumah.
Pengobatan farmakologi gagal jantung saat ini sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat berupa obat-obatan wajib yang harus diberikan pada pasien gagal jantung atau dapat dengan menggunakan tambahan device (alat) pada pasien dengan gagal jantung yang sudah lanjut (advanced heart failure).
Pengobatan farmakologi utama pasien gagal jantung saat ini berupa pemberian obat golongan ACE inhibitor (angiotensin converting enzyme) atau ARB (angiotensin reseptor blocker); penghambat reseptor beta; aldosterone antagonis; ivabradine; H-ISDN (hydralazine-Isosorbide Dinitrate); digoksin; diuretika.
Tentu saja dalam pemberian obat-obatan ini harus dikonsultasikan dengan dokter spesialis jantung terlebih dahulu dan tergantung dengan kondisi klinis pasien.
Advertisement
Komorbiditas Gagal Jantung
Penanganan komorbiditas (penyakit penyerta) merupakan hal yang sangat penting pada tatalaksana pasien dengan gagal jantung. Terdapat 4 alasan utama dalam hal ini, yaitu:
1. Penyakit penyerta dapat memengaruhi pengobatan gagal jantung itu sendiri.
2. Terapi untuk penyakit penyerta dapat memperburuk gejala dan kondisi gagal jantung (misalnya penggunaan NSAID atau obat glitazone).
3. Obat yang digunakan untuk gagal jantung dan yang digunakan untuk penyakit penyerta dapat saling berinteraksi (misalnya penggunaan pengekat β penderita asma berat), sehingga akan mengurangi kepatuhan pasien dalam berobat.
4. Sebagian besar penyakit penyerta berhubungan dengan keadaan klinis gagal jantung dan prognosis yang lebih buruk (misalnya diabetes, hipertensi, dll).
Beberapa kondisi penyakit penyerta yang sering kita temui di masyarakat adalah seperti hipertensi, diabetes, adanya ganguan ginjal dan sindroma kardiorenal, anemia atau kekuranga zat besi, penyakit paru kronis dan asma, hyperlipidemia atau peningkatan kadar kolesterol dalam darah, peningkatan asam urat dalam darah, adanya penyakit lain seperti keganasan, semua hal tersebut harus juga dapat diterapi dan diberikan manajemen dengan baik sehingga tidak memperberat kondisi gagal jantung yang sudah ada.
Pada beberapa kondisi dengan adanya penyakit penyerta tidak jarang penanganan gagal jantung memerlukan kerjasama team, multidisiplin dari beberapa ahli di bidang ilmu lainnya sesuai penyakit penyerta yang menyertai pasien dengan gagal jantung.
“Modifikasi gaya hidup saat tubuh sudah menunjukkan tanda-tanda tidak baik, seperti mawas diri akan gaya konsumsi dan rutin melakukan olah tubuh. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati bukan lagi slogan ya, Mbak. Tapi baiknya jadi terapan yang nyata,” katanya.
Infografis 3 Pertimbangan Sebelum Beraktivitas di Luar Rumah Saat Pandemi Covid-19.
Advertisement