3 Transformasi yang Harus Dijalankan Indonesia Usai Pandemi Covid-19

Indonesia memiliki posisi sangat strategis dalam hal konektivitas, pangsa pasar Indonesia sejauh ini hanya dijadikan tujuan untuk impor.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Sep 2021, 12:20 WIB
Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan, terdapat sejumlah faktor yang harus ditransformasi oleh Indonesia kedepannya pasca pandemi Covid-19.

“Yang perlu kita transformasi lebih lanjut ke depannya pasca pandemi, kami mengidentifikasi ada 6 faktor, tiga faktor pertama yang akan dibahas adalah sustainable commodity revenue,” kata Enrico dalam webinar UOB Economic Outlook 2022, Rabu (15/9/2021).

Menurutnya, diketahui bersama bahwa Indonesia adalah pengekspor dan pengusaha komoditas terbesar di dunia. Oleh karena itu, kedepannya Pemerintah Indonesia harus menekankan tentang ekspor komoditas yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Dia menyebut melalui survei yang dilakukan terkait Environmental social and Governance (ESG) membuktikan bahwa lebih dari 50 persen responden menyatakan bahwa apabila kita mampu untuk mengendalikan faktor sustainable commodity revenue, maka bisnis peningkatan pengembalian jangka panjang akan jauh lebih baik.

“Memang pada saat ini fokus ESG masih didominasi oleh negara-negara Eropa. Tetapi angin akan bertiup di mana negara-negara lain termasuk Tiongkok, Jepang dan juga nantinya Asia dan Asia Tenggara mau tidak mau harus beradaptasi dengan ESG, ini adalah kunci keberhasilan kita menjaga revenue komoditas yang berkesinambungan,” jelasnya.

Faktor kedua yang perlu ditransformasi yaitu, Indonesia memiliki posisi sangat strategis dalam hal konektivitas, pangsa pasar Indonesia sejauh ini hanya dijadikan tujuan untuk impor. Tapi, menurutnya bukan tidak mungkin dengan adanya Free Trade agreement dan juga regional trade agreement yang kita miliki Indonesia mampu untuk outreach melakukan ekspor lebih besar lagi.

“Namun disayangkan saat ini posisi kita masih kurang terintegrasi dan kalau kita bandingkan secara ranking di posisi 14 Indonesia masih perlu meningkatkan hubungan kerjasama bilateral, multilateral dan deeper integration dengan negara-negara lain,” ujarnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Memperluas Pangsa Pasar

Selanjutnya faktor ketiga, terkait jumlah populasi di Indonesia yang berpotensi untuk memperluas pangsa pasar. Hal itu terlihat dari usia produktif di Indonesia meningkat dari 50 persen pada tahun 1970 menjadi 70 persen di awal 2020.

Tentu menurut Enrico ini membuka peluang bagi Indonesia, dan diprediksi bahwa penggunaan Internet ekonomi di Indonesia bisa mencapai lebih dari USD 109 miliar dalam 4-5 tahun ke depan.

“Ini berarti pangsa pasar yang sangat besar, konsumsi dari young population dan ditambah dengan digitalisasi dan para pemakai digital yang cerdas (digital savvy), membuat prediksi banyak dari luar untuk internet ekonomi Indonesia mencapai lebih dari USD 109 miliar, bahkan di dalam empat sampai lima tahun kedepan,” pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya