Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar FEB UI Rhenald Kasali mengatakan, pandemi Covid-19 meluluhkan para penyangkal disrupsi digital. Regulator dan pemangku-pemangku kepentingan yang sebelumnya menyangkal dan sering mempersulit kedatangan inovasi-inovasi yang disruptif, kini lebih terbuka matanya.
Demikian pula profesi-profesi seperti dokter, ahli farmasi, perbankan, dosen, ahli statistik yang semula sulit sekali beradaptasi dan berubah haluan kini langsung menyesuaikan diri selama pandemi.
Advertisement
Perkembangan digital terjadi secara cepat dan signifikan. Setidaknya ada 10 bidang usaha yang telah berubah secara permanen. Ke 10 bidang tersebut adalah kuliner, pendidikan, hiburan, donasi sosial, alat pembayaran, logistik, fashion, periklanan, media, dan sektor perumahan.
Kini semua pengusaha secara voluntary melakukan shifting ke layanan digital. Ia memberi contoh, kehadiran Tri Rismaharini menjadi Menteri Sosial memberikan angin segar dengan mengampu lembaga sosial 4.0 Crowd Funding Kitabisa.com untuk memobilisasi donasi publik pada korban-korban bencana.
"Penggunaan metode baru dalam memobilisasi bantuan mampu memberi bantuan on the spot yang menembus batas-batas birokrasi yang dapat membuat masyarakat khususnya netizen muda, frustasi," kata Rhenald seperti ditulis Rabu (15/9/2021).
Namun di lain sisi, OJK terkesan masih sangat denial terhadap inovasi-inovasi karitatif ini dengan membatalkan inovatif-inovatif kreatif disruptif. Social crowd funding yang dilakukan Kitabisa.com menghilangkan persoalan-persoalan sosial.
Selain social crowd funding, dokter kini lebih terbiasa melayani konsultasi Telehealth. Diketahui sebelum pandemi para ahli farmasi dan regulator kesehatan terkesan menolak pemeriksaan kesehatan jarak jauh dan pemberian resep obat tanpa kehadiran fisik pasien.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Donut Economy
Rhenald melihat proses perubahan kedepan mulai terlihat wujudnya, kendati masih dinamis. Sebagian mulai dipermanenkan pengusaha. Tentunya dengan keberhasilan Indonesia menjalankan vaksinasi masal sebanyak 73,8 Juta orang.
Shifting secara masif dan kreatif dipelopori kaum muda Indonesia terjadi dalam bidang kuliner, pekerjaan, pendidikan, hiburan, donasi sosial, alat pembayaran, logistik, fashion (khususnya untuk keperluan sosial media), periklanan, media, dan sektor perumahan.
Semua dipicu pandemi dengan terbentuknya “Donut Economy” yang membuat pusat-pusat ekonomi lama menjadi kosong seperti lingkaran dalam “kue” donat, namun padat di sekitarnya.
Namun demikian ia juga mengatakan pentingnya transformasi pendidikan, mewaspadai datangnya gelombang-gelombang pandemic berikutnya yang tidakhanya menyerang manusia (melainkan juga tanaman pangan, hewan peliharaan dan ternak), krisis hutang dan kredit perbankan, pemberantasan korupsi, dan meningkatnya ketimpangan ekonomi.
Rhenald melihat, Indonesia akan semakin menyatu dengan dunia global, memasuki era World 4.0 yang akan berlangsung 10-14 tahun ke depan. Eratransisi ini disebut sebagai a massive artificial living.
Dipicu kecerdasan buatan, Indonesia akan memasuki era ledakan kecerdasan yang kalau tidak ditindaklanjuti 10 tahun kedepan akan banyak generasi muda yang terdampak sindrom useless generation, sulit bekerja dan berkali-kali menganggur. Selain itu, produk-produk sintetis dan artificial akan semakin banyak beredar.
Advertisement