Liputan6.com, Jakarta - Tidak lagi bisa dibantah bahwa pandemi telah mengubah preferensi perjalanan para pelancong. Sektor pariwisata merupakan salah satu yang terpaksa menelan pil terpahit dampak krisis kesehatan global.
Dengan tidak mengorbankan kesehatan dan keselamatan, berbagai strategi kebangkitan perjalanan pun diupayakan. Menurut Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf Rizki Handayani Mustafa, salah satunya adalah tentang menggiatkan experience tourism.
"Kita butuh produk yang berbasis pada kreativitas karena pelaku perjalanan sekarang didominasi milenial, dan mereka ingin merasakan pengalaman tertentu saat pergi, lebih pada experience tourism," katanya dalam sesi Tourism Talk: Indonesia Tourism in New Era Global Tourism Forum (GTF) 2021, Rabu, 15 September 2021.
Baca Juga
Advertisement
Melansir Travel Off Path, kelompok usia ini umumnya menunda pembelian rumah dan banyak barang material lain dengan imbalan "pengalaman perjalanan seumur hidup." Menurut survei Harris Group pada 2016, 72 persen milenial lebih suka menghabiskan uang mereka untuk liburan.
Perusahaan tur di seluruh dunia telah memperhatikan dan merancang paket untuk mengakomodasi tren ini. Pilihan yang ada saat ini cukup beragam, mulai dari gastronomi, kultur, petulangan luar ruang, sampai wellness.
Tren lainnya, Kiki, sapaan akrabnya, mencatat bahwa pariwisata berbasis komunitas adalah yang paling cepat bangkit. Karena itu, pihaknya terus mendorong eksistensi desa wisata sebagai upaya membangkitkan sektor perjalanan dan ekonomi kreatif.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Buru-Buru Buka Perbatasan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah menyambung bahwa pihaknya bekerja sama dengan Kemenparekraf dalam upaya membangkitkan sektor pariwisata. Salah satunya dalam upaya travel corridor arrangement (TCA) yang menurutnya masih terus didiskusikan.
"Kita tidak akan buru-buru buka wisata untuk turis mancanegara, kecuali benar-benar yakin bisa mengendalikan penyebaran wabah (COVID-19)," ucapnya di kesempatan yang sama. Ia juga mengatakan bahwa TCA, yang kemungkinan besar akan dimulai di Bali, sejalan dengan implementasi sertifikat vaksin sebagai syarat perjalanan.
Di sisi lain, mereka juga punya pekerjaan rumah untuk membangun kepercayaan agar wisatawan asing bisa percaya diri kembali ke Indonesia. Ini dilakukan dengan terus memperbarui informasi kemajuan pemulihan sektor pariwisata dalam negeri pada pasar global.
Advertisement
Menciptakan Rasa Aman
Soal menciptakan permintaan, narasi ini juga disepakati Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani. Ini, katanya, harus didasarkan pada menciptakan rasa aman secara umum.
Karena itu, testing, tracing, dan treatment tidak boleh keluar dari radar pemulihan sektor pariwisata Indonesia. Juga, terus mendorong percepatan vaksinasi secara lebih merata.
Presiden Direktur Panorama Sentrawisata Budijanto Tirtawisata menyambung, dalam upaya itu, penting untuk memperkuat aplikasi PeduliLindungi yang memang diwacanakan sebagai medium dibukanya kegiatan publik, seperti pariwisata. "Ini juga bisa diperkuat dengan produk asuransi COVID-19," tutupnya.
Infografis 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Advertisement