Liputan6.com, Jakarta - Taman Ismail Marzuki (TIM) masih berbenah untuk wajah yang lebih kekinian dan diharapkan menjadi daya tarik wisata andalan baru bagi Jakarta. Proses pembangunan pun sedang dikebut Jakpro yang menargetkan peresmiannya bisa berlangsung pada Desember 2021.
Dari sederet agenda revitalisasi, salah satu bangunan baru yang berdiri di kawasan TIM adalah Perpustakaan dan Wisma Seni. Namun, bangunan itu lebih dikenal sebagai Gedung Panjang, lantaran fisiknya memang memanjang di lahan yang dulu jadi pusat kuliner TIM.
Dari kejauhan terlihat bagian gedung 14 lantai itu berundak-undak, tidak rata seperti bangunan tinggi konvensional. Sang arsitek, Andra Matin, mengungkapkan alasannya.
Advertisement
"Ini buat simbol. Bangunan hub ini memang cocoknya hanya di TIM. Inspirasinya dari lagu ciptaan Ismail Marzuki, ditransfer ke bentuk tinggi rendah not balok," tutur Andra dalam bincang-bincang di sela Media Heritage Walk yang diselenggarakan Jakarta Experience Board, Rabu, 15 September 2021.
Ia mendetailkan lagu yang dimaksud adalah Rayuan Pulau Kelapa. Ada tiga bait yang diambil, yakni "Tanah airku Indonesia. Negeri elok amat kucinta. Tanah tumpah darahku yang mulia, yang kupuja sepanjang masa. Tanah airku aman dan makmur, pulau kelapa yang amat subur."
"(Liriknya) benar-benar kerasa bahwa kita harus mencintai negara kita. Tiga not digabung jadi satu fasad. Fasadnya disusun secara acak," sambung Andra.
Selain lirik lagu ciptaan Ismail Marzuki, bangunan gedung juga memasukkan elemen motif tumpal dari batik Betawi. Selain untuk estetika, hal itu juga bermaksud untuk mereduksi sinar matahari ke area perpustakaan sehingga menjadi lebih sejuk.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rumah Panggung
Andra melanjutkan, bentuk Gedung Panjang juga terinspirasi dari bentuk bangunan khas Indonesia, yakni rumah panggung. Maka, bagian bawah gedung dibuat terangkat dari tanah.
Lebih jauh dari itu, bangunan tersebut berfungsi untuk mengikat kawasan TIM secara keseluruhan. Di samping, ia ingin menciptakan inklusifitas antara TIM dengan kampung tetangganya.
Sesuai nama nomenklaturnya, Gedung Panjang akan berfungsi sebagai perpustakaan dan juga wisma untuk seniman. Project Director Revitalisasi TIM PT Jakpro Luky Ismayanti menerangkan, wisma akan mengadopsi konsep dorm atau asrama yang 80 persennya diisi oleh bunk bed.
"Jadi, seniman yang mau menggelar pameran atau pertunjukan di TIM, bisa menginap di sini. Istirahatnya bisa sambil guyub," kata Luky.
Di gedung ini pula disediakan tempat pedagang kuliner. Hal ini untuk mengakomodasi permintaan seniman dan saran dari PTSP. Panjangnya mencapai 50--60 meter. "Posisinya di bagian bawah Gedung Panjang. Ada Soto Ma'ruf, ada toko buku loak, sudah disiapkan oleh kami untuk kembali lagi ke sini," sahut Andra.
Progress pembangunan kini sudah lebih dari 98 persen. Luky mengatakan, secara simultan, tim desain interior dan pengembang, terus mengebut penyelesaian Gedung Panjang.
Advertisement
Teater Halaman
Andra merancang agar TIM menjadi oase untuk kawasan Cikini yang biasanya dipadati kendaraan bermotor. Untuk itu, ia pun mengembalikan lagi keberadaan Teater Halaman yang sempat hilang.
Selain jadi salah satu arena pertunjukan, Teater Halaman juga berfungsi sebagai lahan resapan air. Akan ada kolam yang bisa menampung air saat hujan.
"Dulunya sebelum revitalisasi, ruang terbuka hijau hanya 11 persen. Penyerapan air ke tanah kecil. Setelah revitalisasi, tambah jadi 27 persen, yakni di tempat parkir dan di belakang Teater Halaman," sambung Andra.
Sementara itu, Hari Wibowo, Kepala Bidang Pemasaran dan Atraksi Disparekraf DKI Jakarta, mengungkapkan bahwa Cikini termasuk tiga besar destinasi wisata urban di kawasan Jakarta Pusat. Dua lainnya adalah Pasar Baru dan Monas. Untuk itu, kawasan dipercantik agar semakin banyak turis yang tertarik menikmatinya dengan beragam kegiatan, seperti walking tour.
"Memang tidak ada angka spesifik (target pengunjung) yang datang ke TIM. Ke depan, seiring kondisi pandemi yang masih berlangsung, kami berharap ada pergerakan wisatawan domestik ke Jakarta, terutama yang menggunakan moda transportasi darat, dari Bandung atau sekitar Jakarta karena banyak yang baru yang ditemui saat datang ke Jakarta," kata Hari.
Ancaman Klaster Covid-19 di Lokasi Wisata
Advertisement