Ekonomi China Melambat di Agustus 2021, Picu Kekhawatiran Pemulihan Global

Lambannya ekonomi di China pada Agustus 2021 memicu kekhawatiran tentang pemulihan global dari dampak pandemi COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Sep 2021, 14:00 WIB
Orang-orang berjalan melintasi jembatan penyeberangan di lingkungan dengan dugaan kasus virus corona di Beijing (15/9/2021). China memperketat penguncian dan meningkatkan pesanan untuk pengujian massal di kota sepanjang pantai timurnya di tengah lonjakan kasus COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi di China mengalami kelambanan pada Agustus 2021 karena pemberlakuan pembatasan aktivitas dalam upaya meredam penyebaran Virus Corona.

Lambannya ekonomi di China memicu kekhawatiran tentang pemulihan global ketika negara-negara di dunia sedang berjuang untuk mengendalikan wabah COVID-19 varian delta.

Pertumbuhan penjualan ritel di China melambat menjadi 2,5 persen dari 2020 lalu, dan jauh lebih rendah dari perkiraan 7 persen dalam survei ekonom Bloomberg. Kelambanan ini dikarenakan para konsumen yang mengurangi pengeluaran mereka selama liburan musim panas.

Investasi konstruksi di China juga mengalami kontraksi 3,2 persen dalam delapan bulan tahun ini, karena pengetatan pembatasan properti oleh pemerintah sebagai bagian dari kampanye melawan risiko keuangan, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (16/9/2021).

Pertumbuhan ekonomi di China yang melambat menggarisbawahi bagaimana penyebaran COVID-19 varian delta memberikan tantangan bagi pemulihan ekonomi dunia dari pandemi.

Perlambatan dalam konstruksi - yang mendorong produksi baja di China ke level terendah selama 17 bulan pada bulan Agustus - berdampak pada seluruh ekonomi global dengan mengurangi permintaan China untuk komoditas seperti bijih besi.

"Pasar sejauh ini secara signifikan meremehkan skala perlambatan pertumbuhan di paruh kedua," kata Lu Ting, kepala ekonom China di Nomura Holdings Inc yang berbasis di Hong Kong.

Lu Ting juga menyebut, otoritas China kemungkinan akan tetap mempertahankan pembatasan properti.

Pad akhir Juli 2021, China memperkenalkan pembatasan baru yang ketat pada perjalanan untuk meredam wabah varian delta. Pembatasan ini menyebabkan layanan restoran dan katering berkontraksi 4,5 persen pada Agustus dari tahun lalu setelah sempat naik 14,3 persen pada bulan sebelumnya.

Meski China telah berhasil dengan cepat mengendalikan wabah COVID-19, klaster infeksi baru masih kerap bermunculan di wilayah selatan negara itu, sehingga, para konsumen terus berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Upaya Pemulihan Ekonomi Masih Perlu Diperkuat

Orang-orang membeli barang di supermarket di Wuhan, provinsi Hubei pada 2 Agustus 2021. Pihak berwenang di Wuhan akan melakukan tes COVID-19 terhadap seluruh penduduk, setelah kota di China Tengah ini melaporkan infeksi lokal pertamanya dalam lebih dari setahun. (STR / AFP)

Banyak ekonom memperkirakan People's Bank of China akan memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank lagi dalam beberapa bulan mendatang menyusul pengurangan mengejutkan pada Juli 2021.

National Bureau of Statistics China mengatakan dalam pernyataannya bahwa meskipun ekonomi terus pulih pada Agustus 2021, "lingkungan internasional kompleks dan suram, dan dampak dari wabah virus domestik dan bencana alam seperti banjir pada ekonomi terlihat dampaknya"

"Pemulihan ekonomi masih perlu diperkuat," kata NBS.

Beijing dalam beberapa bulan terakhir telah memperketat akses ke pembiayaan untuk pengembang real estat, dan mengurangi laju pinjaman hipotek kepada pembeli rumah karena mencoba mencegah penumpukan risiko keuangan dan mengurangi ketergantungan ekonominya pada properti.

Pertumbuhan investasi properti di China juga melambat dan penjualan properti melemah di bulan Agustus 2021.

Namun di saat yang sama, permintaan global tetap kuat, mendukung sektor industri besar China meskipun ada masalah kemacetan pelabuhan dan biaya pengiriman yang tinggi.

China mencetak rekor angka ekspor bulanan pada Agustus 2021, karena pembeli dari AS dan Eropa meningkatkan pesanan mereka sebelum musim liburan Natal.

Namun, ada risiko bagi produsen dari kenaikan biaya, dan kekurangan chip komputer yang terus berlanjut, yang terutama berdampak pada industri mobil. Beijing juga berusaha membatasi pertumbuhan industri berat sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi emisi.

"Dari pemulihan bisa terlihat juga perlambatan lebih lanjut di tengah wabah baru COVID-19" kata Bruce Pang, kepala penelitian makro dan strategi di China Renaissance Securities Hong Kong.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya