5 Kebijakan Kontroversial di Arab Saudi, Dakwah Harus Berizin hingga Aturan Volume Azan

Mulai dari izin dakwah, larangan Ikhwanul Muslimin, hingga terkait volume suara adzan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 17 Sep 2021, 11:41 WIB
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)

Liputan6.com, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi dalam setahun ini mengambil kebijakan-kebijakan yang cukup drastis. Beberapa kebijakan itu juga seakan mencerminkan posisi negara yang mulai melangkah keluar dari citra ultra-konservatif.

Salah satu kebijakan yang memicu polemik di kalangan netizen adalah terkait aturan suara azan. Pemerintah Arab Saudi menetapkan agar suara azan tak terlalu keras karena bisa berdampak ke rumah-rumah sekitar. 

Yang terbaru, Arab Saudi juga melarang adanya konten ekstremis di masjid-masjid. Dakwah pun harus berizin. 

Berikut ini kebijakan kontroversial di Arab Saudi yang Liputan6.com rangkum dari beragam sumber, Jumat (17/9/2021):

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


1. Aturan Volume Azan

Ilustrasi Masjid Credit: pexels.com/Rayn

Pemerintah Arab Saudi mengatur pengeras suara (external loudspeaker) di luar masjid karena suaranya dianggap bisa mengganggu, baik itu kepada rumah-rumah sekitar, pasien, lansia, hingga anak-anak.

Pegawai masjid lantas diminta untuk membatasi penggunaan pengeras suara untuk azan dan iqamat saja. 

Aturan pengeras suara ini juga berlaku bagi pengajian di masjid. Suara dari pengeras suara masjid juga dianggap tidak sesuai akidah apabila mengganggu orang-orang sekitar.

 

Baca selengkapnya...


2. Izin Dakwah

Ilustrasi gambar masjid (dok jpeter2/pixabay.com)

Pemerintah Arab Saudi juga merilis aturan bahwa kegiatan dakwah haruslah sesuai izin. Ini berlaku bagi penceramah resmi maupun paruh waktu di Saudi. 

Menteri Urusan Agama Islam, Sheikh Abdullatif Al-Sheikh, menegaskan pihaknya akan mengambil tindakan apabila ada yang melanggar aturan dakwah ini.

Baca selengkapnya...


3. Larangan Ikhwanul Muslimin

Putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman. (Foto: Bandar al-Jaloud / Istana Kerajaan Saudi / AFP)

Organisasi Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood) yang berasal dari Mesir dan memiliki pengaruh hingga ke Indonesia telah ditetapkan sebagai kelompok yang tak mencerminkan nilai Islam oleh Arab Saudi. 

Menurut pandangan Saudi, organisasi tersebut bisa memicu perpecahan dan melakukan penghasutan. 

Di Mesir, Ikhwanul Muslimin juga tengah dicekal oleh pemerintah saat ini. Padahal, sebelumnya kelompok ini sangat berpengaruh. 

Muhammad Mursi merupakan presiden yang terafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin. Namun, ia dilengserkan pada Juli 2013. 

Baca selengkapnya...


4. Sensor Buku di Perpustakaan Masjid

Ilustrasi Masjid (Istimewa)

Baru-baru ini, Arab Saudi juga melakukan penyensoran buku di perpustakaan masjid. Sasarannya adalah buku-buku yang dituding mengandung ajaran ekstremisme. 

Buku yang mengandung sarat politik juga dilarang. 

Pejabat terkait lantas diarahkan untuk meninjau isi-isi perpustakaan. Buku-buku yang mengarahkan pada kegiatan ekstremisme dan partisan diminta agar tak diedarkan. 

Kebijakan penyensoran serupa juga dilakukan di Mesir. Buku yang mengandung ideologi Ikhwanul Muslimin dilarang.

 

Baca selengkapnya...


5. Klub Malam Halal

Ilustrasi klub malam. (dok. Pixabay.com/winkimedia/Putu Elmira)

Pada 2019, sempat ada kabar bahwa Arab Saudi membuka klub malam halal di Jeddah. Klub itu bernama White. 

Namun, klub itu langsung ditutup ketika baru dibuka. Menurut laporan VOA, penyanyi Amerika Ne-Yo mengaku sedang dalam perjalanan ke klub itu untuk tampil ketika mendengar kabar klubnya malah tutup. 

Sementara, AP melaporkan bahwa klub itu memang hanya buka sementara saja untuk menarik pariwisata.

Otoritas terkait di Arab Saudi juga membantah telah memberikan izin pembukaan White. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya