Bukalapak Paparkan Upaya Genjot Potensi UMKM di Hadapan DPR

CEO Bukalapak, Rachmat Kaimudin menuturkan, Bukalapak hadir untuk menghadirkan fair economy for all yaitu ekosistem jual beli barang dan jasa yang adil dan merata di Indonesia.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Sep 2021, 07:25 WIB
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin saat RDPU di Komisi VI DPR

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk (Bukalapak) menuturkan, Indonesia memiliki potensi pasar untuk e-commerce seiring jumlah penduduk sekitar 63,2 persen telah akses internet. Oleh karena itu, perseroan pun berupaya untuk menjembatani bagi mitra, pelapak, dan UMKM untuk menjangkau penjualan melalui teknologi.

CEO Bukalapak, Rachmat Kaimudin menuturkan, Bukalapak hadir untuk menghadirkan fair economy for all yaitu ekosistem jual beli barang dan jasa yang adil dan merata di Indonesia. Pihaknya melihat Indonesia menghadapi masalah yang beragam. Ia mencontohkan, infrastruktur yang berbeda dengan kota besar dan luar kota, sejumlah wilayah yang belum tersentuh inklusi keuangan, dan teknologi.

"Kita ingin bagaimana cara pelapak, UMKM, mitra, punya akses ke kredit atau layanan keuangan, bisa punya dapat lebih banyak pendapatan dari produk baru, banyak pelanggan baru, dan bisa punya proses bisnis lebih tinggi,” ujar dia saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi VI DPR dengan CEO-E-ccommerce, ditulis Kamis (16/9/2021).

Rachmat menuturkan, Indonesia memiliki potensi besar seiring sekitar 63,2 persen penduduk sudah mengakses internet. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mencapai 64 juta UMKM. Potensi UMKM itu dinilai dapat ditingkatkan lagi. Hal ini seiring transaksi e-commerce masih didominasi di kota besar.

"UMKM sangat banyak, 64 juta UMKM, lebih dari 60 persen adalah sumbangan (berkontribusi-red) terhadap PDB, total tenaga kerja diserap 97 persen, UMKM tulang punggung motor penggerak ekonomi Indonesia, potensi masih bisa ditingkatkan lagi," ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Transaksi E-Commerce Dominan di Kota Besar

Ilustrasi belanja online, ecommerce, e-commerce, toko online. Kredit: athree23 via Pixabay

Rachmat memaparkan, transaksi e-commerce lebih dominan di lima kota besar yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Medan. Transaksinya mencapai 70 persen. Namun, hanya ada 10 persen masyarakat di kota besar tersebut. Masyarakat di wilayah perkotaan lebih paham dan tereduksi sehingga menggunakan e-commerce dan mendorong transaksi tersebut.

Selanjutnya ada sekitar lima hingga enam pelaku industri sekelas unicorn dan mencatatkan investasi besar di e-commerce, tetapi fokus kepada kota besar tersebut.Di sisi lain masih ada juga masyarakat yang belum tersentuh digitalisasi dan inklusi keuangan. Bahkan hanya masyarakat yang punya modal dan bisa akses dagang di pasar.

"Waktu awal memang di Bukalapak, pasar online itu adalah cara ideal untuk jembatani buat fair economy all. Jadi kalau di pasar fisik tak semua orang bisa jualan karena privilege, punya kios dan butuh modal. Pasar digital selama ada internet, semua orang bisa cari barang dan jualan dari seluruh Indonesia," ujar dia.

Meski demikian, ia menuturkan, ada sejumlah kendala yang ditemui seperti masyarakat yang masih belum nyaman transaksi dengan aplikasi. Bahkan ada juga sejumlah masyarakat yang belum punya uang digital, jadi kalau belanja online harus punya uang digital, rekening bank, kartu kredit, e-wallet. Sisi lain, tak semua masyarakat memiliki fasilitas keuangan itu.

"Belum tentu orang punya itu itu sehingga kami membayangkan perlu jembatan offline dan online," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya