Menengok Dampak Perombakan Susunan Saham Indonesia di Indeks FTSE

Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell merombak susunan saham termasuk Indonesia yang berlaku mulai 20 September 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Sep 2021, 09:14 WIB
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell merombak susunan saham termasuk Indonesia di Global Equity Index Asia Pacific ex Japan ex China Regional. Rencananya, perubahan tersebut berlaku pekan depan, tepatnya mulai 20 September 2021.

Dalam daftar baru itu, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) masuk jajaran kapitalisasi besar (large cap). Sedangkan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) keluar dari saham kapitalisasi besar, dan masuk menengah (mid cap). Kemudian ada saham BRI Agroniaga Tbk AGRO dan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) yang bertengger di jajaran saham kapitalisasi kecil (small cap).

Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia (UI), Budi Frensidy mengatakan, perombakan ini tak terlalu berpengaruh pada kinerja emiten. Ia menuturkan, daya tarik emiten lebih bergantung pada valuasi sahamnya di pasar.

"Menarik atau tidak, tergantung valuasi di pasar dibandingkan dengan fundamentalnya,” kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Jumat (17/9/2021).

Budi menambahkan, perubahan susunan emiten lebih sebagai benchmark target investasi atau tolok ukur pembanding kinerja suatu portofolio investasi. Lebih jauh, perombakan susunan saham tersebut akan berpengaruh pada perubahan baik aset maupun bobot alokasi dari investor, umumnya oleh investor institusi.

"Dampak untuk investor ritel tidak ada. Tapi untuk investor institusi yang mengacu ke indeks yang mengubah komposisi itu ada,” kata dia.

"Investor institusi yang benchmarking ke indeks itu harus rebalancing. Yaitu menjual saham yang dikeluarkan, diganti dengan saham baru yang masuk," ia menambahkan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Saham Masuk Micro Cap

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, ada sejumlah saham dari Indonesia yang masuk jajaran kapitalisasi mikro atau micro cap antara lain PT Indofarma Tbk (INAF), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG).

Selain itu, PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII), PT MNC Studios International Tbk (MSIN), PT Jababeka Tbk (KIJA), PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE). Kemudian masuk PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), PT Intiland Development Tbk (DILD), PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA), PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN).

Sedangkan saham yang dikeluarkan dari micro cap antara lain PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Link Net Tbk (LINK), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI), PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU).

Selain itu, PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE),PT PP Presisi Tbk (PPRE), PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), PT Mitra Bahtera Sejati Tbk (MBSS), dan PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY).

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya