Sederet Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia, Apa Saja?

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari memahami, masih terdapat tantangan terhadap ketenagakerjaan Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Sep 2021, 11:15 WIB
Sejumlah pencari kerja memadati arena Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari memahami, masih terdapat tantangan terhadap ketenagakerjaan Indonesia. Salah satunya adalah tidak berkualitasnya pasar tenaga kerja dalam negeri.

Dari 135 juta jumlah angkatan kerja Indonesia saat ini, 90 persen diantaranya belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat. Demikian pula profil 7 juta jumlah pengangguran, 91 persen diantaranya belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat.

“Sayangnya, baik perusahaan maupun pekerja kita cenderung tak peduli dengan skilling, upskilling, dan reskilling sebagai upaya peningkatan kualitas angkatan kerja,” ungkapnya saat memberikan kuliah umum dalam ‘Forum Pembangunan Indonesia’ ditulis, Jumat (17/9/2021).

Berdasarkan penelitian Bank Dunia, dari sisi individu para pekerja menempatkan pelatihan peningkatan skill dalam peringkat paling buncit (10) pada prioritas pengeluaran pribadinya.

“Sebanyak 64 persen tidak mengikuti pelatihan peningkatan skill karena merasa tidak tersedia pelatihan yang sesuai dengan minat dan keterampilannya,” paparnya.

Begitu pula dari sisi manajemen. Perusahaan juga sedikit sekali menganggarkan dana untuk pelatihan bagi pengembangan karyawannya. Hanya 44 perusahaan yang memberikan pelatihan kepada pekerja karena merasa tidak ada kebutuhan untuk itu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kegagalan Pasar

Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)

Denni menjelaskan kondisi ini menunjukkan terjadinya kegagalan pasar dalam menghasilkan tingkat pelatihan kerja yang optimal. Karena itulah, Program Kartu Prakerja hadir untuk memberikan beasiswa pelatihan meskipun, karena situasi pandemi, ada sifat semi-bansos yang diembannya.

“Program Kartu Prakerja mendisrupsi pasar pelatihan kerja, dari yang semula top down menjadi on demand. Selain itu, Prakerja menghidupkan pasar peningkatan keterampilan. Antar lembaga pelatihan yang jumlahnya ratusan itu saling bersaing memberikan layanan dan harga terbaik bagi konsumen,” jelasnya.

Denni Purbasari mengungkapkan, mengikuti pelatihan di Prakerja juga terbukti dapat meningkatkan pengetahuan peserta, yang diindikasikan dengan nilai Pre-Test dan Post-Test.

Sebagai informasi saja, selama hampir satu setengah tahun Program Kartu Prakerja ini sudah menjangkau 10,6 juta penerima manfaat. Adapun jumlah itu sejak gelombang 1 dibuka pada 11 April 2020 hingga pengumuman penerima Gelombang 20 pada 15 September 2021. Rinciannya yakni 5,5 juta peserta pada 2020 serta 5,1 juta penerima Kartu Prakerja pada 2021.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya