Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menanggapi kondisi sampah di TPST Bantargebang yang nyaris kelebihan kapasitas. Dia mengaku sedang melakukan evaluasi terkait kerja sama pengelolaan sampah dengan Pemprov DKI Jakarta.
"Kita lagi bersama sekarang membahas tentang perjanjian kerjasamanya, kan itu setiap lima tahun sekali dievaluasi. Bulan Oktober kalau nggak salah habis ya," kata Rahmat Effendi kepada awak media, Jumat (17/9/2021).
Advertisement
Dalam evaluasi tersebut, pria yang kerap disapa Pepen ini menyebutkan, keinginan untuk adanya pengolahan sampah yang menghasilkan energi terbarukan, untuk mengurangi deposit sampah.
"Kita ingin seperti lima tahun yang lalu, harus ada tempat pembuangan sampah terpadu yang menggunakan energi terbarukan. Ya itu menjadi listrik, bahan briket batubara, supaya mengurangi deposit," paparnya.
Volume sampah di TPST Bantargebang saat ini nyaris overload. Ketinggian sampah sudah mencapai lebih dari 40 meter, dari ketinggian maksimal 50 meter.
Selain karena terbatasnya lahan di TPST Bantargebang, kondisi ini juga disebabkan volume sampah milik warga DKI Jakarta yang terus meningkat setiap tahunnya.
"Jumlah sampah milik DKI Jakarta itu 7.000 sampai 7.500 ton per hari. Itu didapat dari lima wilayah DKI Jakarta, termasuk Kepulauan Seribu," kata Kepala Satuan Pelaksana TPST Bantargebang Unit Pengelolaan Sampah Terpadu (UPST) DKI Jakarta Handoko Raitno, saat dikonfirmasi.
Kapasitas sampah di TPST Bantargebang
TPST Bantargebang yang memiliki luas 110,3 hektare, diketahui sebagai tempat pembuangan sampah terbesar di Indonesia. Lokasi ini mulai digunakan sebagai tujuan akhir sampah warga Jakarta, sejak tahun 1989.
Dengan sampah harian milik warga Jakarta yang mencapai 7.500 ton, kapasitas sampah di TPST Bantargebang saat ini mencapai 49 juta ton. Alat berat yang ada di lokasi bekerja hingga 24 jam sehari untuk menata sampah-sampah yang terus berdatangan.
Untuk mengantisipasi keselamatan pemulung di sekitaran TPST, Handoko menegaskan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI). Pemulung diimbau untuk menjaga jarak dari alat berat yang sedang beroperasi.
"Kita tetap khawatir terjadinya pergeseran, jadi kami koordinasi hal-hal apa yang setidaknya tidak membahayakan teman-teman pemulung. Salah satunya jaga jarak. Hindari daerah-daerah yang sekiranya rawan bahaya, contohnya dorongan-dorongan sampah yang setelah ditempatkan di permukaan itu, mereka harus hindari, jangan di sekitar itu lah," tandasnya.
Advertisement