PBB: 117 Juta Siswa di Seluruh Dunia Putus Sekolah Selama Pandemi COVID-19

Sekitar 117 juta siswa di seluruh dunia masih putus sekolah karena pandemi COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Sep 2021, 08:02 WIB
Para siswa menghadiri upacara pengibaran bendera pada hari pertama semester baru di Wuhan, Provinsi Hubei, China, 1 September 2021. Pemerintah China memutuskan pemberlakuan belajar tatap muka setelah percaya diri menangani pandemi COVID-19. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sekitar 117 juta siswa di seluruh dunia masih putus sekolah karena pandemi COVID-19 yang dimulai lebih dari satu setengah tahun yang lalu.

Dalam sebuah pernyataan Kamis (16/9), Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengatakan jumlah siswa yang belum kembali ke sekolah itu merupakan sekitar 7,5% dari populasi siswa secara global.

"Kami tahu bahwa semakin lama sekolah ditutup, semakin dramatis dan berpotensi tidak dapat diubah dampaknya terhadap kesejahteraan dan pembelajaran anak-anak, terutama bagi mereka yang paling rentan dan terpinggirkan," kata Asisten Direktur Jenderal Pendidikan UNESCO, Stefania Giannini.

Giannini menyatakan "berbesar hati" bahwa banyak pemerintahan bekerja untuk membuka kembali sekolah dengan aman tetapi dia menambahkan, "Tujuan utama dan mendesak kita adalah membuka kembali sekolah-sekolah di mana-mana, untuk semua siswa."

UNESCO mengatakan sekolah telah dibuka kembali sepenuhnya di 117 negara, memungkinkan 35% siswa dunia mulai dari tingkat pra-sekolah hingga menengah atas untuk kembali ke kelas. Pada September 2020, 16% siswa secara global menerima pelajaran di dalam kelas ketika sekolah-sekolah di hanya 94 dari 195 negara di dunia dibuka kembali.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Hilangkan Kesempatan Belajar

Suasana kegiatan belajar kelas anak-anak Yaman di gedung sekolah yang terlihat rusak di provinsi barat Hodeidah, Yaman, Minggu (5/9/2021). Menurut PBB, sebelum adanya virus corona menyerang, sekitar dua juta anak di Yaman tidak bersekolah. (AFP/Khaled Ziad)

Organisasi itu mengatakan penutupan yang berkepanjangan dan berulang kali telah menyebabkan hilangnya kesempatan belajar dan peningkatan angka putus sekolah, faktor-faktor yang secara negatif mempengaruhi “siswa yang paling rentan secara tidak proporsional.”

Pembelajaran remedial dan hibrida, dukungan guru, dan menjembatani kesenjangan digital adalah komponen utama dalam membangun sistem pendidikan yang tangguh, kata UNESCO.

Kelompok itu juga mengatakan sedang bekerja sama dengan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Bank Dunia untuk membantu pemerintah-pemerintah membuka kembali sekolah dan menjalankan program yang bertujuan membantu siswa mendapatkan kembali pembelajaran yang hilang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya