Misteri Batu Kepala Singa di Gunung Ciremai

Di kawasan Gunung Ciremai terdapat batu kepala singa. Apa penyebabnya?

oleh Komarudin diperbarui 19 Sep 2021, 18:57 WIB
Misteri batu berkepala singa di kawasan Gunung Ciremai jadi salah satu perhatian wisatawan (dok.Instagram/@gunung_ciremai/https://www.instagram.com/p/CT6Omo0pR4o/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Ciremai di Jawa Barat jadi salah satu destinasi yang banyak dikunjungi pelancong. Di sana terdapat batu kepala singa di Manguntapa di kawasan Gunung Ciremai yang sampai saat ini masih menjadi misteri.

"Kita tak menutup mata. Memang masih banyak 'sejarah' fenomena alam di gunung Ciremai, Jawa Barat yang belum diketahui secara pasti," tulis pengelola akun Instagram Balai Taman Nasional Gunung Ciremai, Jumat (17/9/2021). Ketiadaan sumber lisan dan tulisan seolah menjadi penyebab fenomena alam itu bagaikan misteri.

Misalnya, keberadaan batu kepala Singa di wisata alam 1001 Tangga Manguntapa, desa Singkup, Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Bagaimana cara terbentuk batu tersebut sehingga menyerupai kepala Singa atau mirip kepala Barongsai?

Ada beberapa jawaban alternatif tentang batu kepala Singa tersebut. Pertama, Batu itu merupakan tunggangan Nyi Pelet yang dikutuk menjadi batu oleh Singgih dalam dongeng perseteruan masyhur nan dahsyat abad ke-14 Masehi. "Jawaban cukup menggelitik," tulis akun tersebut.

Kedua, batu itu terbentuk akibat letusan gunung Ciremai pada 1698. Saat itu Ciremai mengamuk seperti dituliskan Brascamp pada 1919, "Gunung di Cirebon telah roboh yang mengakibatkan air begitu tinggi sehingga merusak tanah daerahnya dan menyebabkan korban manusia," tulis akun tersebut.

Muntahan marerial erupsi Ciremai saat itu menerjang wilayah utara. Sisa erupsi besar ini masih bisa kita saksikan hingga kini yakni bebatuan hitam di sana. Terkadang bebatuan tersebut seolah menyerupai sesuatu makhluk atau benda.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Jawaban yang Mendekati

Situ batu singa di kawasan Gunung Ciremai (dok.ksdae.mlhk.go.id/Komarudin)

Ketiga, batu kepala Singa terbentuk akibat erosi angin atau 'deflasi'. Fenomena pengikisan batu oleh hembusan angin kecang secara terus-menerus dalam waktu yang sangat lama sehingga membentuk batu formasi baru.

"Mana jawaban yang meyakinkan?" tanya akun tersebut. "Atau sobat punya jawaban lain?" lanjutnya.

Situs batu kepala singa tersebut terdapat di lokasi 1001 Tangga Manguntapa. Lokasi wisata alam ini dikembangkan sejak 2017 yang dikelola oleh kelompok Benda Langit, masyarakat Desa Singkup, Pasawahan, Kuningan. Dari lokasi berbukit batu ini disuguhkan panorama alam kota Majalengka, Cirebon, Kuningan dan Gunung Ciremai dari kejauhan, seperti dilansir dari laman ksdae.menlhk.go.id.

 

 


Cerita Legenda

Situs batu kepala singa Manguntapa di Gunung Ciremai (dok.instagram/@gunung_ciremai/https://www.instagram.com/p/CT6Omo0pR4o/Komarudin)

Situs Ki Buyut Manguntapa, konon menggambarkan sosok keturunan para wali yang menyebarkan agama Islam di tataran wilayah utara Gunung Ciremai. Beberapa orang yang berasal dari berbagai daerah terlihat sering berkunjung ke lokasi ini khususnya pada malam 1 Suro atau 1 Muharram.

Cerita legenda yang beredar di masyarakat adalah tentang kepala singa. Berdasarkan cerita masyarakat, dahulu ada seorang yang gagah perkasa sakti mandraguna, “saciduh metu saucap nyata” (ucapannya mujarab).

Namun. karena kesombongannya merusak hutan yang ada di lokasi tersebut, ia kena petaka menjadi batu yang menyerupai kepala singa. Keberadaan situs Ki Buyut Manguntapa dan kepala singa berada pada satu hamparan dengan 1001 Tangga Manguntapa.

Lokasi dengan ketinggian 345-400 mdpl dapat membangkitkan sensasi tersendiri bagi pengunjung yang berkunjung. Tak jarang pelancong datang untuk menikmati suasana sore, hingga munculnya bulan dan bintang, bahkan ada juga yang bermalam.

 


Infografis Ancaman Klaster Covid-19 di Lokasi Wisata

Infografis Ancaman Klaster Covid-19 di Lokasi Wisata. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya