Alasan Anak Usaha IPTV Batal Catatkan Saham di Nasdaq

PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) memberikan penjelasan kepada BEI mengenai perkembangan proses merger PT Asia Vision Network dengan Malaca Stratis Acquisition (MLAC).

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Sep 2021, 12:26 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) menyampaikan perkembangan merger antara entitas anak usaha perseroan PT Asia Vision Network dengan Malaca Stratis Acquisition (MLAC) kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengutip keterbukaan informasi BEI, Sabtu (18/9/2021), Sekretaris Perusahaan PT MNC Vision Networks Tbk Muharzi Hasril menuturkan, pihaknya memproses transaksi merger antara Asia Vision Network dengan MLAC sejak semester II 2020. Pada saat itu, transaksi  special purposes acquisition company (SPAC) masih sangat dinikmati investor di Nasdaq.

"Memasuki tahun 2021, terjadi banyak sekali transaksi SPAC di Nasdaq, sehingga berpengaruh terhadap valuasi karena SPAC menjadi “overcrowded”, termasuk berakibat harga saham MLAC tetap berada di bawah nilai nominal USD 10/saham," tulis dia dalam keterbukaan informasi BEI.

Ia menambahkan, setelah melalui penjajakan berbagai roadshow, MLAC dan AVN akhirnya sepakat untuk tidak melanjutkan transaksi. Selain itu, perseroan juga menilai makin bergairahnya investor di BEI terhadap perusahaan yang bergerak di bidang digital termasuk fokus bisnis AVN.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 17 September 2021, saham IPTV stagnan di posisi Rp 262 per saham. Saham IPTV dibuka stagnan di posisi Rp 262. Saham IPTV berada di level tertinggi Rp 264 dan terendah Ro 258 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.757 kali dengan volume perdagangan 18.519.758. Nilai transaksi Rp 530,7 miliar.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sempat Teken Perjanjian

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) melalui anak usahanya PT Asia Vision Network (AVN) teken perjanjian penggabungan usaha dengan Malacca Stratis Acquitsition Company Limited, perusahaan akuisisi tujuan khusus atau special purposes acquisition company).

Dengan penggabungan usaha itu menciptakan nilai perusahaan senilai USD 573 juta atau sekitar Rp 8,25 triliun (asumsi kurs Rp 14.406 per dolar AS). Penggabungan usaha ini dilakukan untuk mencatatkan saham AVN di bursa saham Nasdaq.

Dengan demikian diharapkan memberikan akses kepada investor global terutama terkait usaha layanan over the top (OTT) dan bisnis streaming di Indonesia. Investor diharapkan dapat mengapresiasi profil pertumbuhan AVN. Transaksi ini diharapkan selesai kuartal II 2021, dan paling lambat awal kuartal III 2021.

"Kami akan bergabung dengan perusahaan yang terdaftar di Nasdaq, kami yakin itu akan menjadi tonggak sejarah, yang sangat besar dan akan menciptakan peluang yang jauh lebih besar bagi perusahaan untuk tumbuh dan lebih dikenal di pasar internasional,” ujar Presiden Direktur IPTV, Ade Tjendra, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 23 Maret 2021.

Penggabungan usaha tersebut akan menghasilkan dana USD 135 juta atau sekitar Rp 1,94 triliun dengan asumsi tidak ada penebusan oleh pemegang saham publik Malaka dan penyesuaian harga pembelian. Diharapkan setelah penggabungan usaha, saham biasa dan waran akan dicatatkan di bursa saham Nasdaq.

Grup MNC akan memutar 100 persen ekuitasnya di AVN, dan akan menerima tambahan saham biasa AVN sehubungan dengan penggabungan.  Jika digabungkan dengan saham yang akan mencerminkan nilai usaha USD 530 juta.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya