Cerita Akhir Pekan: Saat Fesyen Mencomot Kekayaan Budaya

Kreativitas di bidang fesyen bukan tanpa batas saat menyinggung kekayaan budaya tertentu. Ada ilmu dan kearifan yang semestinya dipelajari setiap desainer.

oleh Komarudin diperbarui 20 Sep 2021, 18:54 WIB
Desainer Musa Widyatmodjo saat mengikuti ajang Jakarta Fashion and Food Festival di Jakarta, Jumat (22/5/2015). Rancangan Musa Widyatmodjo bertema "Luxury Man". (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Bicara hubungan fesyen dengan kekayaan budaya harus diperjelas apakah budaya bersifat adat atau hanya sumber inspirasi. Jika berkaitan dengan adat istiadat, ada batasan-batasan moral yang harus diperhatikan.

"Jadi, kita tidak bisa berkreativitas tanpa batas, karena harus dipertanggungjawabkan bahwa kreativitas kita tidak merusak atau mengubah budaya. Itu jika bicara tentang adat istiadat ya," ujar desainer Musa Widyatmodjo saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 18 September 2021.

Namun, kata Musa, jika kita menganggap budaya sebagai inspirasi, tentu akan lebih bebas, karena tidak ada pakem yang terlalu mengikat. Hal itu tidak adanya tata cara kehidupan.

"Tapi sebagai inspirasi, siapa pun yang mengolah inspirasi tersebut, maka ia berkewajiban untuk mempelajarinya, atau mendalami, atau merisetnya agar tidak salah kaprah. Karena banyak orang tidak mengerti dengan motif-motif tradisional, misalnya motif itu gambar apa?" sebut Musa.

Kata Musa, apakah posisi motifnya terbalik, atau apakah kain tertentu bisa dipakai untuk busana. Atau juga, apakah kain itu ada larangannya.

"Jadi, mengolah budaya itu tidak sesederhana mencomot motif dan warna. Namun, hal itu banyak dilakukan oleh orang-orang yang menganggap dirinya berkreativitas dalam mendesain apapun bentuknya," ungkap Musa.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Harus Membuka Diri

Dalam mengolah budaya menjadi produk fesyen, orang tidak boleh sok tahu. Jika merasa sok tahu atau sok pintar, akan banyak kesalahan.

"Semuanya jadi salah. Baik informasinya yang salah, maknanya, termasuk juga perilakunya. Kejadian seperti itu banyak sekali terjadi," kata Musa.

Musa mencontohkan, ia sering melihat batik dengan motif terbalik. Begitu juga dengan arahnya, hal itu terjadi karena mereka tidak mengerti tentang makna motif tersebut.

"Mengapa ini motifnya ke kanan ke kiri, ke kiri ke kanan. Kenapa ke atas, ke bawah, yang mana atas dan mana bawah. Itu banyak yang tidak mengerti," ucap Musa.

"Ada juga kain yang fungsinya untuk menutup jenazah atau prosesi pengobatan, itu tidak bisa dipotong-potong menjadi busana. Apalagi itu busana seksi atau untuk penyanyi yang lenggak-lenggok di atas panggung," imbuhnya. "Banyak kejadian seperti itu, kalau saya mau rewel, minta ampun," tegas Musa.

 

 

 


Harus Mengetahui dan Bertanggung Jawab

Didiet Maulana mengajak publik untuk membeli karya para pembatik (Dok.Instagram/@didietmaulana/https://www.instagram.com/p/CFx-kBPsQth/Komarudin)

Secara terpisah, desainer Didiet Maulana mengatakan fesyen dapat dilihat sebagai platform untuk mengomunikasikan kekayaan budaya. "Di sini fesyen dilihat sebagai "plasma nutfah" yang sangat kaya, terutama ketika kita bicara Indonesia yang terdiri dari puluhan hingga ratusan juta motif yang bisa digali dari sana sehingga fesyen berkembang," ujar desainer Didiet Maulana kepada Liputan6.com, Sabtu, 18 September 2021.

Didiet berkata, saat seseorang terinspirasi dari satu budaya, sudah seharusnya mereka mengetahui dan bertanggung jawab tentang budaya yang diangkat. Oleh karena itu, mereka harus riset agar memiliki pengetahuan lebih, tidak hanya mencomot atau mengambil motif-motifnya saja.

"Tapi juga ia harus mengetahui makna di baliknya. Karena itu tadi, fesyen sebagai platform untuk sarana berkomunikasi. Kalau hanya sebatas visualnya saja, maka akan mentah dan tidak punya jiwa," tutur Didiet.

Bagi Didiet, kekayaan budaya sebagai sumber inspirasi sangat bisa. Ia mencontohkan, untuk mendesain Ikat Indonesia terinspirasi dari kekayaan budaya yang ada di Indonesia dan juga budaya di luar negeri.

Jika fesyen ingin menyentuh kekayaan budaya, maka desainer harus menghormati dan menghargai budaya yang ingin diangkat. Jadi, jangan hanya menempelkan saja, tapi harus tahu ceritanya, konsepnya, dan semuanya harus masuk ke sana.

Fesyen dan kekayaan budaya bisa berkembang bersama, jika yang mengatur  itu desainer atau brand yang mengolah atau orang-orang yang mempunyai ketertarikan soal itu. "Dengan begitu, budaya yang diangkat nanti tidak hanya bersifat tempelan, tapi secara makna dan konsep dan lain-lain ikut terangkat dengan baik, sehingga budaya tersebut dihormati orang," tandas Didiet.


Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya