Brutal, Penyembelihan 1.400 Lumba-lumba di Kepulauan Faroe

Kepulauan Faroe berjanji untuk meninjau kembali aturan pembantaian lumba-lumba

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2021, 19:00 WIB
Bangkai lumba-lumba sisi putih yang mati tergeletak di pantai setelah ditarik dari air berlumuran darah di pulau Eysturoy yang merupakan bagian dari Kepulauan Faeroe Minggu 12 September 2021 (AP Photo)

Liputan6.com, Torshavn - Kelompok kampanye Sea Shepherd merilis sebuah rekaman yang menunjukkan ratusan hewan tergeletak mati di pantai, dan yang lainnya digiring ke perairan dangkal dengan perahu dan jet ski.

Dilansir dari laman Sky News, Minggu (19/9/2021), pemerintah Kepulauan Faroe mengatakan akan meninjau kembali peraturan mengenai tradisi berburu lumba-lumba setelah kegemparan atas pembunuhan lebih dari 1.400 ekor luma-lumba.

Potongan rekaman itu menunjukkan air berubah merah ketika orang membunuh lumba-lumba dengan pisau untuk diambil daging dan lemaknya.

Jauh ke laut, kapal fjord membentuk penghalang agar lumba-lumba sisi putih Atlantik tidak berenang menjauh.

Sea Shepherd, yang berbasis di AS, menggambarkan pemburuan tersebut dengan kata brutal. Rekaman grafis yang tersebar ke seluruh dunia membuat banyak orang terkejut dan menyerukan tindakan.

Halaman Facebook Kampanye Kepulauan Faroe Sea Shepherd menulis: “Kami berbagi 10 menit rekaman yang tidak disunting dengan Anda. Kami melakukan ini sehingga Anda dapat memahami kenyataan dari apa yang terjadi kemarin.

“Karena semetara surat kabar Faroe sibuk melaporkan reaksi perburuan sepanjang hari, tidak ada liputan yang tepat tentang ilegalitas dan kebrutalan perburuan yang sebenarnya.

“Apa yang diperlukan penduduk setempat untuk menuntut penutupan semua pemburuan seperti ini?

“Kami percaya itu membutuhkan pandangan jujur yang baik pada kebenaran.”

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Penangkapan 2021 Jadi Rekor

Bangkai lumba-lumba sisi putih yang mati tergeletak di pantai setelah ditarik dari air berlumuran darah di pulau Eysturoy yang merupakan bagian dari Kepulauan Faeroe Minggu 12 September 2021 (AP Photo)

Kepulauan Faroe telah mempertahankan tradisi selama puluhan tahun, yakni mengejar lumba-lumba atau paus yang menuju pantai dan membantai mereka di pantai.

Penyembelihan seperti itu telah menjadi bagian dari tradisi kepulauan tersebut sejak abad ke-9. Daging dan lemaknya akan dibagikan pada orang dalam komunitas.

Namun, pemerintah mengatakan tangkapan terbaru itu “luar biasa” dan akan meninjau kembali peraturan seputar tradisi tersebut.

Penangkapan pada 2021 ini telah memecahkan rekor dengan jumlah lebih dari 1.400. Biasanya setiap tahun mereka hanya menangkap rata-rata sekitar 250 lumba-lumba dan 600 paus pilot.

“Kami menangani masalah ini dengan sangat serius. Meskipun perburuan ini dianggap berkelanjutan, kami akan melihat lebih dekat perburuan lumba-lumba, dan peran apa yang harus mereka mainkan dalam masyarakat Faroe," kata Perdana Menteri Bardur a Steig Nielsen.

Regin Jacobsen, salah satu eksportir salmon budidaya terbesar di Kepulauan Faroe, mengutuk pembantaian itu sebagai "sama sekali tidak dapat diterima".

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya