Liputan6.com, Jakarta Bagi Anda yang menyukai kegiatan air dan memiliki akses untuk memiliki kemampuan berenang, tentunya aktivitas berenang akan menjadi menyenangkan. Namun, aktivitas ini menjadi salah satu yang dihentikan akibat pandemi COVID-19.
Melansir dari CNN Health, Rabu (22/9/2021), olahraga renang memiliki dampak yang cukup signifikan bagi tubuh. Sama halnya dengan olahraga lari, angkat beban, dan contoh lainnya. Tak heran, ada sebagian orang yang memilih renang untuk menghilangkan rasa bosan.
Advertisement
Hal menariknya, kegiatan tersebut dapat secara signifikan memberikan dampak bagi bagi tubuh dan mental Anda. Misalnya, membuat pikiran menjadi lebih tenang, beban pikiran yang ada menjadi lebih netral, dan suasana hati dapat lebih senang dan bahagia.
Uniknya adalah kalori dan lemak dapat terbakar melalui jenis olahraga ini tanpa perlu mengeluarkan keringat.
Berenang saat cuaca panas pun dapat membuat tubuh tetap dalam keadaan dingin. Sementara itu, berenang dalam air hangat dapat meregangkan otot-otot tubuh yang sedang tegang.
Namun, Anda mungkin bertanya bagaimana olahraga ini dapat memberikan dampak bagi pikiran? Jawabannya adalah dengan berenang, Anda merangsang proses produksi hormon endorfin, dopamin, dan serotonin dalam otak sehingga membuat mood Anda lebih bahagian.
“Suasana hati saya yang membaik tidak diragukan lagi akibat berenang,” ujar dokter penyakit dalam Johns Hopkins Bayview Medical Center Mark Lieber.
Mengubah Suasana Hati
Ketika nantinya setiap orang akan usai melakukan isolasi di tengah pandemi. Ahli-ahli mengatakan bahwa kesehatan dan peran mental setiap masyarakat akan menjadi prioritas yang utama.
Banyak penduduk dari setiap belahan dunia menghadapi kesulitan dari skala ringan hingga berat saat menanggapi COVID-19.
“Dengan berfokus setiap harinya merawat kesehatan emosional diri sendiri dan mendukung kesejahteraan orang yang kita cinta, hal tersebut dapat mengurangi dampak kesehatan mental dari pandemi COVID-19,” jelas mantan dokter ahli bedah AS Jerome Adams.
Adams paham dan tahu dengan jelas bahwa hari-hari ini adalah sulit dan menjadi sejarah bagi setiap umat karena adanya bencana ini. Namun, ia meyakini dan mendorong setiap orang untuk tetap sehat dalam kondisi fisik ataupun mental.
Gejala depresi khususnya di AS ternyata telah meningkat tiga kali lipat selama berlangsungnya pandemi COVID-19. Beberapa studi baru menemukan bahwa mereka yang berusia dibawah 30 tahun memiliki resiko kecemasan yang lebih tinggi.
Sementara itu, menurut Journal of Psychiatric Research, olahraga teratur⎼berenang, lari, yoga, angkat beban, hingga taichi⎼ dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan suasana hati dan kesehatan mental.
Sebuah analisis pada 2016, telah dilakukan 23 uji coba secara acak terstruktur dan menunjukkan bahwa olahraga sebanding dengan obat antidepresan dan psikoterapi dalam pengobatan depresi. Alasannya disebabkan produksi endorfin yang telah dipaparkan sebelumnya.
Hormon ini memiliki peran penting di otak, khususnya pada otak primitif yang disebut hippocampus, biasa terlibat dalam pembentukan memori dan pengaturan emosi.
Seiring berjalannya waktu, olahraga terakhir seperti berenang dan berlari dapat mengurangi peradangan dan meningkatkan pertumbuhan saraf pada bagian otak tersebut. Sementara itu, hippocampus dapat menyusut akibat depresi, bipolar, dan gangguan mood lainnya.
Advertisement
Evolusi Berenang dan Kesehatan Mental
Kesehatan mental bukan menjadi satu-satunya yang terkena dampak dari COVID-19. Tubuh pun terkena imbasnya.
“Efek COVID-19 pada kesehatan jangka panjang terlihat mengkhawatirkan,” ujar profesor biologi bidang evolusi manusia di Universitas Harvard Daniel Lieberman.
Hal tersebut diakibatkan dari penambahan berat badan, kurangnya olahraga, dan penurunan aktivitas fisik. Seperti semua bentuk olahraga menjadi cara yang paling bagus untuk memperkuat otot dan membakar lemak.
Perenang biasanya dapat menghabiskan sekitar tujuh kali lebih banyak energi untuk bergerak dalam jarak tertentu dibandingkan berlari. Menurut Lieberman, hal ini diakibatkan karena manusia belum tentu menjadi perenang yang ahli.
Hingga kini, perenang tercepat hanya mencapai kecepatan 4,5 mil per jam, yang mana kecepatan tersebut merupakan kecepatan peralihan dari jalan cepat ke lari lambat. Meskipun olahraga renang adalah jenis yang baru. Hal tersebut bukanlah hal yang buruk.
“Kabar baiknya adalah ketidakefisienan dalam berenang membuat aktivitas ini menjadi yang sangat efektif untuk membakar kalori,” tambah Lieberman.
Bukti-bukti pendukung lainnya yang menjadikan kegiatan tersebut efektif adalah saat berenang, tubuh benar-benar lurus horizontal sehingga meningkatkan aliran darah kembali dari pembuluh darah ke jantung.
Kekhasan dari kegiatan ini dapat juga meningkatkan detak jantung sekitar 10-15 detak lebih lambat selama berenang.
Hal ini yang menyebabkan tubuh menjadi lebih mudah rileks. Menurut International Journal of Cardiology, volume jantung saat berenang dapat meningkat 30-60 persen.
Berenang dan olahraga aerobik berbeda dengan olahraga lainnya karena berfokus pada pernapasan yang terkontrol.
Seiring waktu, bila dilakukan secara rutin dapat menyebabkan peningkatan kapasitas dan fungsi paru-paru secara total.
“Jika Anda kesulitan berolahraga, ingatlah bahwa olahraga sekecil apapun dapat memberikan manfaat yang besar bagi kesehatan fisik ataupun mental. Temukan cara untuk membuat Anda senang,” tutup Lieberman.
Reporter: Caroline Saskia