5 Tanggapan Berbagai Pihak Usai Kabar Tewasnya Pimpinan MIT Ali Kalora

Sejumlah pihak angkat bicara soal tewasnya Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora dalam operasi penangkapan oleh aparat.

oleh Devira PrastiwiLiputan6.com diperbarui 21 Sep 2021, 06:31 WIB
Suasana di RS Bhayangkara Palu tempat autopsi jenazah pimpinan MIT Ali Kalora dan Pengawalnya Jaka Ramadhan, Minggu siang (19/9/2021). (Foto: Liputan6.com/Heri Susanto)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pihak angkat bicara soal tewasnya Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora dalam operasi penangkapan oleh aparat.

Salah satunya Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) Sagaf S Pettalongi.

Sagaf mengajak semua pihak di Sulteng untuk mendukung penuh langkah TNI dan Polri dalam upaya penindakan pemberantasan aksi terorisme yang dilakukan oleh kelompok garis keras MIT.

"Radikalisme dan terorisme menjadi musuh negara, karena memberikan ancaman nyata terhadap keutuhan negara, maka semua pihak harus mendukung penuh upaya penindakan yang dilakukan oleh TNI dan Polri dalam memberantas kelompok garis keras yang melakukan teror terhadap masyarakat di Palu, Sigi, Parigi Moutong, dan Poso," ujar Sagaf dilansir Antara.

Kemudian, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md meminta publik dapat tenang dengan tewasnya Pimpinan MIT Ali Kalora.

Kabar tersebut dikonfirmasi langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md. Dirinya berpesan agar masyarakat tenang.

"Ia ditembak bersama seorang anak buahnya yang bernama Ikrimah. Masyarakat harap tenang," kata Mahfud.

Berikut sederet tanggapan berbagai pihak terkait tewasnya pimpinan kelompok terorisme MIT Ali Kalora dihimpun Liputan6.com:

 


1. Rektor UIN Palu

Puluhan barang milik Ali Kalora dan Jaka yang tewas dalam baku tembak dengan Satgas Madago Raya ditunjukkan aparat di Mapolres Parigi Moutong, Minggu (19/9/2021). (Foto: Rahman Odi).

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) Sagaf S Pettalongi mengajak semua pihak untuk mendukung penuh langkah TNI dan Polri dalam upaya penindakan pemberantasan aksi terorisme yang dilakukan oleh kelompok garis keras Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"Radikalisme dan terorisme menjadi musuh negara, karena memberikan ancaman nyata terhadap keutuhan negara, maka semua pihak harus mendukung penuh upaya penindakan yang dilakukan oleh TNI dan Polri dalam memberantas kelompok garis keras yang melakukan teror terhadap masyarakat di Palu, Sigi, Parigi Moutong, dan Poso," ujar Sagaf, melansir Antara.

Seperti diketahui, kontak tembak antara tim Satgas Madago Raya dengan kelompok MIT terjadi di Kabupaten Parigi Moutong pada Sabtu 18 September 2021.

Pimpinan MIT Ali Kalora dan satu anggota MIT Jaka Ramadhan tewas dalam kontak tembak tersebut. Ali Kalora dan Jaka Ramadhan masuk dalam daftar pencarian orang.

Menurut Sagaf, UIN Datokarama Palu mendukung penuh upaya TNI dan Polri dalam penanggulangan aksi terorisme di wilayah Sulteng.

Bahkan, kata dia, keberhasilan TNI dan Polri menewaskan Pimpinan MIT Ali Kalora dan satu anggota MIT Jaka Ramadhan sebagai bentuk komitmen dan keberpihakan negara kepada masyarakat.

"Negara berkewajiban memberikan rasa aman, nyaman dan tenteram kepada masyarakat dari segala bentuk ancaman. Maka langkah TNI dan Polri harus didukung oleh semua pihak, untuk mewujudkan keamanan dan peningkatan kualitas situasi kamtibmas," kata Sagaf yang juga Wakil Ketua Umum MUI Sulteng.

Sagaf menegaskan radikalisme dan terorisme tidak boleh diberikan ruang untuk berkembang di NKRI. Sebaliknya, harus dilawan dengan melakukan pencegahan dan penindakan.

Hal itu karena aksi-aksi teros yang dilakukan oleh kelompok MIT di wilayah Parigi Moutong, Napu Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi, sangat tidak manusiawi, mencederai nilai-nilai kemanusiaan, serta merusak tatanan sosial keagamaan.

"Karena itu, gerakan garis keras radikalisme dan terorisme tidak boleh diberikan ruang sedikit pun untuk berkembang. Semua pihak, Pemerintah, TNI dan Polri serta tokoh agama, tokoh perempuan, masyarakat, akademisi, pers, harus bersatu melawan tumbuh dan berkembangnya gerakan radikalisme dan terorisme," jelas Sagaf.

 


2. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

Anggota MIT yang tewas berwajah dan perawakan mirip dengan Ali Kalora, sang pimpinan kelompok yang bertanggung jawab atas kekerasan terhadap sejumlah petani di Kabupaten Poso, Sigi, dan Parigi Moutong. (Foto: Liputan6.com/Heri Susanto)

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mendukung penuh upaya yang dilakukan TNI dan Polri dalam menindak para pelaku kejahatan terorisme di wilayah Sulteng termasuk di Poso.

"Apa yang dilakukan oleh TNI dan Polri di Kabupaten Poso, dalam upaya memberantas terorisme merupakan wujud nyata keberpihakan negara dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat," ujar Ketua FKUB Provinsi Sulteng Prof Zainal Abidin, mengutip Antara.

FKUB, kata Prof Zainal, mendukung upaya TNI dan Polri membasmi para pelaku teror yang di wilayah Sulteng.

Dia menilai, radikalisme dan terorisme merupakan musuh negara yang tidak bisa dibiarkan untuk tumbuh berkembang di NKRI termasuk di wilayah Sulteng.

Hal itu, karena radikalisme dan terorisme memberikan ancaman nyata terhadap bernegara, NKRI, serta mengganggu kenyamanan dan ketenteraman masyarakat.

"Aksi-aksi teror yang mereka lakukan di Parigi Moutong, di Sigi, dan di Napu Kabupaten Poso merupakan aksi keji, tidak manusiawi, yang sangat mencederai kemanusiaan dan kerukunan antarsesama manusia dan agama," ujar Zainal.

Oleh karena itu, Zainal mengingatkan semua pihak di daerah Sulteng harus mewaspadai penyebaran radikalisme.

"Radikalisme di Sulawesi Tengah bukan sebatas gerakan dakwah, pemikiran atau ideologi, tetapi sudah sampai dalam bentuk tindakan teror. Bahkan hingga hari ini kelompok MIT masih eksis," terang dia.

Guru Besar UIN Datokarama Palu itu menguraikan berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan oleh BNPT bersama Alvara Research dan Nazaruddin Umar Foundation menunjukkan tren potensi radikalisme di Indonesia menurun, dari tahun 2017 sebesar 55,2 persen atau masuk dalam kategori sedang. Tahun 2019 sebesar 38,4 persen, kategori rendah, dan pada tahun 2020 menjadi 14 persen, yaitu kategori sangat rendah.

"Namun, hal ini tidak harus membuat kita berpuas diri apalagi lengah, penurunan data statistik ini bukan berarti radikalisme segara berakhir," terang dia.

Zainal juga mengajak kepada semua pihak untuk bersatu padu melawan radikalisme dan terorisme, dengan tidak memberikan ruang kepada mereka untuk berkembang.

"Salah satunya yakni langkah pencegahan harus kita optimalkan, jangan sampai terjadi mati satu, tumbuh seribu. Ini harus kita antisipasi bersama, oleh karenanya perlu kebersamaan, kesolidan, dan menyatukan langkah untuk menangkal paham intoleransi, radikal, teroris," jelas dia.

 


3. Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT)

Anggota MIT yang tewas berwajah dan perawakan mirip dengan Ali Kalora, sang pimpinan kelompok yang bertanggung jawab atas kekerasan terhadap sejumlah petani di Kabupaten Poso, Sigi, dan Parigi Moutong. (Foto: Liputan6.com/Heri Susanto)

Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Sulawesi Tengah (FKPT Sulteng) mengajak semua pihak di provinsi ini untuk membangun kerja sama dalam rangka mencegah perkembangan gerakan radikalisme dan terorisme.

"Keterlibatan atau melibatkan semua komponen bangsa sesuai wewenang dan kapasitasnya sangat penting," kata Ketua FKPT Sulteng Dr Muhd Nur Sangadji, melansir Antara.

Upaya TNI-Polri mengejar dan memberantas kelompok garis keras Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di wilayah Sulteng bagi FKPT harus didukung semua komponen dan elemen bangsa.

"Dengan adanya kejadian tertembak matinya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan, kita berharap kelompok yang tersisa agar menyerahkan diri," kata Muhd Nur Sangadji.

FKPT Sulteng mengapresiasi Satgas Madago Raya yang berhasil menembak mati Pimpinan MIT Ali Kalora dan anggotanya Jaka Ramadhan pada kontak tembak yang terjadi di Kabupaten Parigi Moutong.

Nur Sangadji mengemukakan tertembaknya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan besar harapan agar kelompok yang tersisa lebih kurang empat orang segera menyerahkan diri.

"Bapak Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura, bahkan telah ikut menghimbau tentang hal ini," ucap dia.

FKPT Sulteng berharap dengan tertembaknya dua DPO itu tidak muncul lagi tambahan anggota baru. Baik yang berada dari luar maupun dari Sulawesi Tengah sendiri.

"Untuk kepentingan jangka pendek dibutuhkan kesiagaan petugas di gerbang masuk Sulawesi Tengah. Baik darat, laut maupun udara. Begitu juga di wilayah aglomerasi operasi kelompok ini, antara lain Palu, Donggala, Parigi, Sigi, dan Poso," kata Muhd Nur Sangadji yang juga akademisi Untad Palu.

FKPT Sulteng menilai hal penting yang harus dilakukan adalah membangun kesiagaan di tingkat mikro, kecamatan, desa, RW, dan RT.

Bahkan, keterlibatan lembaga atau organisasi di tingkat masyarakat seperti dasa wisma, kelompok pengajian, kelompok ibadah, dan sejenisnya sangat penting.

Sementara untuk jangka panjang, lanjut dia, pertama perlu terus menerus mendorong upaya pencegahan. Mendidik generasi melalui dunia pendidikan. Menyisipkan dalam pelajaran yang berkaitan dengan kebangsaan.

"Misalnya pendidikan Pancasila, pendidikan karakter, dan sejenisnya," ujarnya.

Kedua, membangun kepekaan masyarakat atau warga terhadap isu radikalisme dan terorisme. Ia menyebut rukun tetangga (RT) perlu direvitalisasi peranannya dan organisasi masyarakat perlu diberdayakan.

 


4. DPR RI

Anggota Komisi III DPR Ahmad Sahroni. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Wakil Ketua Komisi III DPR Sahroni menyampaikan apresiasinya atas kinerja Polda Sulteng yang berhasil menumpas Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora bersama salah satu anggotanya Jaka Ramadhan.

Menurutnya, aparat yang tergabung dalam operasi baku tembak itu sudah menjalankan aksinya dengan sangat baik.

“Aksi ini tentu tidak mudah, butuh kehati-hatian dan kecermatan. Sehingga saya ingin menyampaikan apresiasi yang luar biasa kepada para Anggota TNI-Polri yang masuk kedalam Satgas Madago Raya dan Kapolda Sulteng karena berhasil menjalankan operasi ini dengan sangat baik,” ujar Sahroni dalam keterangannya, Minggu (19/9/2021).

Kemudian, Sahroni menyebut bahwa tewasnya pimpinan MIT diharapkan akan berdampak pada melemahnya organisasi tersebut untuk kembali menjalankan aksi terornya

“Dengan ditembak matinya pimpinan kelompok teroris tersebut, tentu hal ini akan berdampak langsung pada melemahnya kelompok itu untuk menjalankan aksi-aksi kejamnya, karena mereka sudah kehilangan pimpinan besarnya,” sambung Sahroni.

Ia juga tetap meminta kepada aparat untuk segera menangkap empat DPO lainnya. Jangan sampai MIT diberikan waktu membangun kembali organisasinya dan mempunyai pimpinan baru.

“Saat ini Satgas Madago masih mengejar 4 DPO lainnya yang sempat kabur. Nah ini kita harus gerak cepat menangkap mereka. Jangan berikan celah atau waktu kepada organisasi teroris ini untuk membangun kembali organisasinya dan menghadirkan pemimpin baru. Harus kita basmi hingga ke akar-akarnya,” jelas Sahroni.

 


5. Menko Polhukam

Menko Polhukam Mahfud Md. (Merdeka.com)

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md menyatakan, Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora tewas dalam operasi penangkapan oleh aparat keamanan.

"Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora yang pernah menggegerkan karena menyembelih banyak warga dengan sadis di Sulteng, setelah buron hampir setahun, hari ini ditembak mati oleh Densus AT/88," tutur Mahfud dikutip dari akun twitter pribadinya @mohmahfudmd.

Menurut Mahfud, Ali Kalora tewas bersama dengan seorang rekannya. Dia pun meminta publik dapat tenang atas situasi tersebut.

"Ia ditembak bersama seorang anak buahnya yang bernama Ikrimah. Masyarakat harap tenang," kata Mahfud.

 

(Cindy Layan)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya