Macam-Macam Pemanfaatan Rempah di Indonesia, China, dan Georgia

Rempah nyatanya bermanfaat tidak hanya sebagai bumbu masakan.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Sep 2021, 06:32 WIB
Ilustrasi rempah. (dok. pexels/Viktor Smith)

Liputan6.com, Jakarta - Lain tempat, lain pula serapan kulturnya, begitu pula dengan rempah-rempah. Sebagai orang Indonesia, komoditas ini sudah begitu lekat dengan keseharian. Rempah menyapa indra perasa lewat bumbu-bumbu masakan, juga meninggalkan memori tertentu melalui aroma-aroma khas, misalnya.

Pemanfaatan rempah-rempah di belahan dunia lain nyatanya tidak terlalu berbeda. Asimilasi budaya setempat yang kemudian membuatnya memiliki identitas masing-masing.

Di Indonesia, Wawan Sujarwo, Ph.D., dari Ethnobiological Society of Indonesia mengatakan bahwa sementara rempah sebagai bumbu sajian begitu identik, komoditas ini juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan bahan aromaterapi. Dalam hal aromaterapi, kayu manis jadi yang terpopuler.

"Kayu manis juga dikenal sebagai obat (tradisional) yang legendaris di Indonesia bagian timur," katanya dalam International Forum on Spice Route (IFSR) 2021, Selasa, 20 September 2021.

Prof. Zaal Kikvidze, Ph.D. dari Ilia State University, Tbilisi, Georgia menyambung bahwa di negaranya, yang berlokasi di "persimpangan" Asia-Eropa dan masuk dalam Jalur Sutra, rempah didominasi dalam melengkapi cita rasa sajian. "Di samping tentu Georgia dikenal melalui warisan pembuatan anggur," ucapnya di kesempatan yang sama.

Beberapa rempah yang umum di Georgia antara lain ketumbar, marigold, kemangi, daun mint, kunyit, oregano, kayu manis, pala, dan vanila. Ia selanjutnya memperlihatkan kuliner berupa bubur sorgum yang disajikan bersama saus prunus tercatat di Museum Etnografi, Tbilisi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pelestarian Berbasis Komunitas

Ilustrasi rempah-rempah. (dok. unsplash/Tamil Shutter Dreams)

Lixin Yang, Ph.D. dari Kunming Institute of Botany, Chinese Academy of Sciences menyoroti bagaimana rempah-rempah dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan pewarna pakaian alami. Konservasi keberagaman, terutama berkonsentrasi di Provinsi Yunnan, didorong melalui konteks lokal, seperti agama.

"Kami juga merestorasi hutan-hutan suci di berbagai (tempat tinggal) komunitas minoritas," tuturnya. Suku-suku di wilayah ini, tambah Dr. Yang, dikenal berhubungan dekat dengan alam.

Di sisi lain, produk-produk alami ini, termasuk rempah, kemudian diolah untuk memenuhi kebutuhan hidup komunitas lokal. "Ini kemudian diadopsi dan dikembangkan berdasarkan kearifan lokal untuk memanfaatkan sumber daya alam sekitar," ujarnya.


Persamaan dengan Rempah Asia Tenggara

Ilustrasi Rempah Credit: pexels.com/Mareefe

Dr. Yang mengatakan, bagian tenggara dari Himalaya kaya akan warisan obat tradisional. Di samping, rempah di sini juga dimanfaatkan sebagai bumbu makananan yang menciptakan cita rasa khas.

"Soal persamaan dengan rempah di Asia Tenggara, saya pikir lebih mengarah pada keluarga jahe," katanya. Ia menjelaskan, jahe di wilayah tersebut ada yang kuat, baik secara rasa atau aroma, namun ada juga yang lebih "ringan."

Terkait penggunaan, sama seperti di Indonesia, jahe juga sering dimanfaatkan untuk meredakan flu. "(Jahe) yang berwarna kuning biasanya lebih kuat secara aroma," imbuhnya.


Infografis Daerah Penghasil Rempah di Indonesia

Infografis Daerah Penghasil Rempah di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya