Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas ini karena kekhawatiran akan solvabilitas kelompok properti China Evergrande memicu pelarian ke aset safe-haven.
Namun kenaikan harga emas dibatasi dengan penguatan dolar AS jelang pertemuan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (21/9/2021), harga emas naik di pasar ppot 0,5 persen menjadi USD 1.762,66 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,8 persen menjadi USD 1.765,40 per ounce.
Kepala Analis Komoditas TD Securities Bart Melek menjelaskan, investor memindahkan investasinya ke obligasi karena kekhawatiran terjadinya default Evergrande. Hal ini kemudian mendorong penurunan imbal hasil dari obligasi dan dampak selanjutnya adalah mendorong kenaikan harga emas.
“Orang-orang bereaksi terhadap apa yang terjadi di China tetapi pertemuan Fed minggu ini juga penting. Apa pun yang menunjukkan penurunan yang cukup awal dan keluar dari konsensus itu berarti koreksi yang cukup signifikan pada harga emas,” kata Melek.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pertemuan the Fed
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang yang dihasilkan dari stimulus. Langkah hawkish oleh The Fed akan mengurangi daya tarik emas.
Sementara kenaikan suku bunga pada akhirnya juga akan meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset tanpa bunga.
Pasar saham di dunia juga bergerak ke zona merah karena investor khawatir tentang risiko limpahan ke ekonomi global dari masalah Evergrande.
"Tidak diragukan lagi ketakutan akan risiko sistemik itu mungkin akan masuk ke pasar," kata konsultan independen Robin Bhar.
"Kami biasanya melihat aliran ke dolar AS, ke emas, ke yen ketika investor khawatir." tambah dia.
Advertisement