Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun 2 persen pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), karena investor semakin menghindari risiko yang merugikan pasar saham.
Selain itu, penurunan harga minyak juga disebabkan karena penguatan dolar AS. Hal ini membuat harga minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (21/9/2021), harga minyak mentah Brent turun USD 1,42, atau 1,9 persen menjadi USD 73,92 per barel setelah tenggelam ke sesi terendah di USD 73,52 per barel. Sedangkan hrga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,68 atau 2,3 persen dan berakhir di USD 70,29 per barel setelah jatuh ke level USD 69,86 per barel.
Nilai tukar dolar AS naik karena dipandang sebagai tempat yang aman dari kekhawatiran tentang solvabilitas pengembang properti China Evergrande yang menakuti pasar ekuitas.
Selain itu, investor juga tengah bersiap dengan keputusan dari the Federal Reserve (the Fed) atau Bank Sentral AS mengenai pengurangan pembelian obligasi.
“Karena dolar AS biasanya merupakan tempat yang aman, nilai tukarnya terhadap mata uang lainnya menguat, Perkembangan ini melengkapi penghindaran risiko dan mempengaruhi harga komoditas, terutama minyak,” kata analis pasar minyak Rystad Energy Nishant Bhushan.
"Minyak menjadi lebih mahal untuk pasar non-dolar AS. Pergerakan bearish yang didukung oleh pasar saham itu sendiri dalam lingkungan penghindaran risiko." tambah dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dukungan
Namun, harga minyak mendapat dukungan dari tanda-tanda bahwa beberapa produksi Teluk AS akan tetap tutup selama berbulan-bulan karena kerusakan akibat badai.
Harga minyak Brent telah naik 43 persen di tahun ini, didukung oleh pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, dan beberapa pemulihan permintaan setelah keruntuhan akibat pandemi tahun lalu.
Kerugian pada hari Senin terbatas karena penutupan pasokan di Teluk Meksiko AS karena dua badai baru-baru ini. Pada hari Jumat, perusahaan produsen hanya memiliki 23 persen dari produksi minyak mentah offline, atau 422.078 barel per hari.
Minyak mentah memangkas penurunannya pada hari Senin setelah Royal Dutch Shell mengatakan pihaknya memperkirakan instalasi di Teluk Meksiko akan tetap tutup untuk perbaikan hingga akhir 2021 karena kerusakan akibat Badai Ida.
Advertisement