Liputan6.com, Jakarta - Harga bitcoin turun tajam pada Senin, 20 September 2021. Hal ini seiring investor mulai mengurangi risiko di tengah penurunan pasar saham global.
Banyak pihak menilai bitcoin paling berguna sebagai aset safe-haven, tetapi narasi itu bisa berubah karena banyak pihak menyadari harganya sering turun dengan penurunan aset berisiko lebih luas.
Advertisement
Reli bitcoin pada 2021 bertepatan dengan reli risiko seperti saham. Kripto rentan terhadap penurunan tajam pada September 2021.
Bitcoin turun 10 persen pada Senin pagi, 20 September 2021. Berdasarkan data Coin Metrics, sebelumnya bitcoin susut lebih dari 7 persen ke posisi USD 43.790,25 atau sekitar Rp 623,83 juta (asumsi kurs Rp 14.245 per dolar AS).
Uang kripto lainnya juga melemah. Eter turun 8,5 persen menjadi USD 3.060,80. Saham yang berkaitan dengan kripto juga tergelincir. Saham Coinbase dan Microstrategy masing-masing turun 3,5 persen dan 4 persen.
Sementara itu, saham Square turun 2 persen. Saham berkaitan dengan penambangan kripto, Riot Blockchain susut 6 persen dan Marathon Digital melemah 5 persen.
“Penjualan ini merupakan kelanjutan dari pola ketika traders realisasikan keuntungan aset berisiko untuk tutupi margin call hingga pasar tenang, dan mereka merasa lebih nyaman untuk kembali ke posisi berisiko,” ujar CEO Valkyrie Investments Leah Wald, dilansir dari CNBC, Selasa (21/9/2021).
Ia menuturkan, jika bitcoin pernah memiliki kesempatan untuk memantapkan asetnya sebagai tempat aman sebagai emas digital dengan perusahaan AS juga memberi sinyal pendapatan akan hasil yang kurang baik. “Sekarang terasa seperti waktunya,” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ada Ketidakpastian
Sementara itu, Chief Investment Strategist Leuthold Group, Jim Paulsen menuturkan, meski bitcoin cenderung turun dengan pasar lebih luas. Ia menilai, hal ini tidak berarti bitcoin berkorelasi dengan saham.
"Itu tidak berarti bitcoin tidak bisa turun dengan saham. Saya setuju itu sering terjadi, tetapi saya pikir itu penurunan berbeda dari saham,” kata dia.
Ia menilai, bitcoin aset beragam dibandingkan dengan sebagian besar hal lain dalam portofolio. Hal itu sendiri dapat menyebabkan volatilitas yang lebih rendah, tetapi tidak berarti tidak akan berpartisipasi dalam periode berisiko. “Ada perbedaan antara safe haven dan diversifikasi,” kata dia.
Paulsen menambahkan, sebagian alasan mengapa bitcoin telah dicap sebagai tempat aman berkaitan dengan karakterisasinya sebagai mata uang. Akan tetapi, ia menilai bitcoin bukan mata uang.
“Karena dimasukkan dalam mata uang itu dipandang sebagai teman aman karena dolar AS adalah tempat yang aman yang Anda jalankan.Tapi ini adalah hal terjauh dari mata uang yang bisa Anda bayangkan. Ini adalah metode pertukaran tetapi itu bukan mata uang,” tutur dia.
Selain itu, penurunan kripto juga terjadi karena ketidakpastian tentang regulasi stablecoin yang meningkat.
Advertisement
Bursa Global Merosot Imbas Kekhawatiran Evergrande
Di tengah bitcoin tergelincir, emas berjangka naik 0,8 persen menjadi USD 1.765,40 per ounce. Sementara itu, bursa saham global merosot karena investor takut menyebarkan risiko dari guncangan di pasar properti China yang berkaitan dengan pengembang Evergrande yang berutang tinggi.
Investor juga fokus pada the Federal Reserve dan apakah itu akan menandakan kesiapannya untuk mulai menarik kebijakan pelonggaran moneter. Bank sentral akan mulai melakukan pertemuan dalam dua hari ini.