BI Ramal Pemulihan Ekonomi RI Lanjut, tapi Tetap Waspada

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan tren pemulihan ekonomi global diprakirakan berlanjut.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Sep 2021, 16:40 WIB
Pemandangan deretan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (29/9). Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakinkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen tetap realistis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan tren pemulihan ekonomi global diprakirakan berlanjut.

Meski demikian, dirinya tetap mewaspadai dampak kenaikan kasus Covid-19 dan gangguan rantai pasokan di beberapa negara perlu diwaspadai.

"Di Amerika Serikat (AS), Tiongkok, dan Jepang, laju pemulihan ekonomi pada paruh kedua 2021 cenderung lebih lambat dari prakiraan," ungkapnya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (21/9/2021).

Di sisi lain, ungkap Perry, pemulihan ekonomi di berbagai negara kawasan Eropa dan Amerika Latin cenderung lebih tinggi. Sehingga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi global.

Pun, kinerja berbagai indikator dini pada Agustus 2021, seperti Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur dan penjualan eceran tetap kuat, di tengah indikasi lebih lamanya transportasi barang seperti tercermin pada PMI Suppliers' Delivery Times Index.

"Dengan dinamika tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi global 2021 tetap sekitar 5,8 persen. Volume perdagangan dan harga komoditas dunia tumbuh kuat, sehingga menopang prospek ekspor negara berkembang," tandasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com


BI Sudah Suntik Likuditas Rp 122 T ke Perbankan per September 2021

Ilustrasi Bank Indonesia

 Bank Indonesia terus menggenjot suntikan likuiditas atau quantitative easing ke perbankan selama masa pandemi Covid-19. Hingga 17 September 2021, bank sentral tercatat sudah memberikan injeksi likuditas senilai Rp 122,3 triliun.

"Bank Indonesia sudah menambah quantitative easing sebesar Rp 122,3 triliun pada 2021, yaitu hingga 17 September 2021. Di atas injeksi likuiditas atau kuantitatif easing pada 2020," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam sesi teleconference, Selasa (21/9/2021).

Perry menyampaikan, Bank Indonesia juga melanjutkan kerjasama untuk pembiayaan APBN melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana.

Hingga 17 September 2021, Bank Indonesia telah melakukan pembelian SBN sebesar Rp 139,84 triliun. Terdiri dari Rp 64,38 triliun melalui lelang utama, dan Rp 75,46 triliun lewat lelang tambahan (greenshoe options).

"Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuditas pada perbankan per Agustus 2021 sangat longgar. Rasio alat likuid per Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tinggi mencapai 32,67 persen. Dan pertumbuhan dana pihak ketiga 8,81 persen secara year on year (yoy) terangnya.

Oleh karenanya, Perry mengajak pihak perbankan yang telah diberi pelonggaran oleh Bank Indonesia untuk terus melanjutkan penurunan suku bunga kredit.

Terlebih bank sentral pun kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Daya Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,50 persen pada September 2021 ini.

"Suku bunga kredit terus turun meskipun relatif masih terbatas. Bank Indonesia mengharapkan perbankan untuk terus melanjutkan penurunan suku bunga kredit, sehingga dapat mendukung pemulihan ekonomi," pintanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya