CreditSights Paparkan Dampak Evergrande terhadap Bank AS

Berdasarkan laporan CreditSights (perusahaan kredit utang), tidak ada bank AS yang terdaftar di bankir utama Evergrande.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Sep 2021, 17:22 WIB
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bank besar Amerika Serikat (AS) tampaknya menghindari dampak krisis China Evergrande Group yang memicu aksi jual di pasar saham global pada pekan ini.

Seorang juru bicara Citigroup Inc mengatakan tidak memiliki eksposur pinjaman langsung ke Evergrande. “Eksposur tidak langsung kami melalui risiko kredit pihak yang kecil dan tanpa konsentrasi tunggal yang signifikan,” ujar Juru Bicara Citigroup Danielle Romero-Apsilos.

Bank terbesar AS lainnya, Bank of America Corp juga tidak memiliki hubungan seperti itu, berdasarkan sumber yang mengetahui masalah itu. Sumber menyebutkan, Bank of Amerika tidak memiliki eksposur tidak langsung karena membatasi bisnis di China untuk anak usaha dari perusahaan Amerika Serikat.

Sementara itu, perwakilan dari JPMorgan Bank of America, Morgan Stanley, dan Goldman Sachs Group Inc tidak mau berkomentar terkait masalah ketertaitan eksposur langsung dengan Evergrande.

Berdasarkan laporan CreditSights (perusahaan kredit utang), tidak ada bank AS yang terdaftar di bankir utama Evergrande. Meskipun tercatat Goldman Sachc dan JPMorgan di daftar pemegang obligasi tetapi jumlahnya sangat kecil.

"Sebagian besar (Goldman Sachs dan JPMorgan) melalui aset management manajemen dan dengan jumlah dolar kecil. Paparan langsung Evergrande terlihat sangat terbatas dan mendekati nol,” tulis Analis Jesse Rosenthal dalam laporannya dilansir dari CNBC, Rabu (22/9/2021).

Evergrande China memiliki kewajiban lebih dari USD 300 miliar atau setara Rp 4.270 triliun (estimasi kurs rupiah 14.236,3 per dolar AS dinobatkan sebagai pengembang paling banyak berutang di dunia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kekhawatiran Investor

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dengan menghabiskan waktu bertahun-tahun di China, bank-bank AS mencoba mendapatkan pijakan yang lebih besar. Namun, ketakutan akan nasib buruk Evergrande membuat banyak investor mempertimbangkan dampak potensial terhadap keuangan global dan ekonomi lebih luas.

Pada kuartal II, Citigroup sendiri lebih banyak menghasilkan pendapatan dari operasional di luar negeri daripada di Amerika Utara. Melihat total eksposurnya ke Amerika Utara sedikit meningkat dari tahun lalu menjadi USD 19,8 miliar atau sekitar Rp281,8 triliun. Jumlah itu hanya 1,1 persen dari keseluruhan pinjaman dan komitmen dengan perusahaan.

Portofolio Citigroup di China lebih banyak terdiri dari pinjaman kepada entitas berdaulat dan perusahaan multinasional. "Tingkat kerugian rendah selama bertahun-tahun,” ujar Romero-Apsilos. 

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya