Liputan6.com, Jakarta - Indonesian National Shipowners Association (INSA) menyatakan bahwa kelangkaan kontainer untuk ekspor di pelabuhan Indonesia kini sudah berangsur membaik sejak adanya kebijakan pelonggaran PPKM.
"Sejak dilonggarkannya PPKM, kegiatan di pelabuhan berangsur membaik, dan keberadaan kontainer sedikit sudah lebih baik," ujar Sekretaris Umum DPP INSA Budhi Halim kepada Liputan6.com, Rabu (22/9/2021).
Advertisement
Budhi menjelaskan, kelangkaan kontainer akibat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu memang terjadi untuk angkutan ekspor ke luar negeri. Sementara kondisi serupa tidak terjadi untuk lingkup domestik.
Namun ia belum menyebutkan secara angka, bagaimana ketersediaan kontainer untuk ekspor di berbagai pelabuhan Indonesia.
"Kelangkaan kontainer umumnya untuk yang ke luar negeri, sekarang sdh teratasi. Untuk domestik tidak ada masalah," kata Budhi.
Sebelumnya, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) sempat memprediksi jika kelangkaan kontainer ekspor bisa terjadi hingga akhir 2021 ini.
Ketua Umum ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, dirinya juga pernah memperkirakan kelangkaan kontainer untuk ekspor sejak Agustus 2020. Dia meramal kendala itu akan selesai pada Juni 2021, namun lonjakan kasus Covid-19 rupanya turut memperpanjang masa kelangkaan.
"Perkiraan saya, dulu waktu Agustus 2020 saya pernah bilang, kemungkinan akan selesai Juni tahun ini, tapi ternyata meleset. Soal Covid-19 ini kan susah diprediksi juga, perkiraan bisa berakhir awal tahun 2022," ungkapnya kepada Liputan6.com.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kelangkaan karena PPKM
Yukki menerangkan, kelangkaan kontainer tersebut telah terjadi sejak lama. Faktor utamanya karena adanya pembatasan seperti PPKM yang dilakukan oleh negara akibat Covid-19.
Semisal ketika China membatasi akses. Kemudian, Amerika Serikat yang juga punya hubungan dagang besar dengan Indonesia mulai membatasi akses di pelabuhannya, karena sedang berupaya membatasi mobilisasi.
"Imbasnya jadi ada penumpukan kapal di pelabuhan-pelabuhan, itu yang jadi kendala. Jadi kontainer-kontainer kosong itu tidak cepat kembali ke daerah Asia Pasifik, termasuk Indonesia," tutur Yukki.
Advertisement