Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari USD 1 pada perdagangan Rabu setelah stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) jatuh ke level terendah dalam 3 tahun karena aktivitas penyulingan pulih dari badai baru-baru ini.
Dikutip dari CNBC, Kamis (23/9/2021), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,74 atau 2,47 persen ke level 72,23 per barel.
Advertisement
Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,54, atau 2 persen menjadi USD 75,89 per barel.
Permintaan bahan bakar secara keseluruhan telah pulih ke tingkat pra-pandemi. Produk yang dipasok selama empat minggu terakhir telah mencapai hampir 21 juta barel per hari, tidak jauh dari puncak produksi di 2019.
Administrasi Informasi Energi (EIA) AS mengatakan persediaan minyak mentah AS pekan lalu turun 3,5 juta barel menjadi 414 juta barel, terendah sejak Oktober 2018.
"Harga minyak mentah tetap didukung karena permintaan pulih di seluruh dunia dan persediaan terus berkurang," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Fasilitas minyak di Teluk Meksiko terus kembali berproduksi, dengan produksi mingguan naik 500 ribu barel per hari dalam seminggu terakhir menjadi 10,6 juta barel per hari, kata EIA.
BP pada hari Rabu mengatakan keempat fasilitas lepas pantainya di wilayah tersebut telah kembali beroperasi setelah Badai Ida, dihidupkan kembali dan berproduksi pada 12 September.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Produksi Minyak
Yang juga menjadi pendorong kenaikan harga minyak adalah kesulitan anggota OPEC yang berjuang untuk meningkatkan produksi. Kenaikan harga di pasar lain seperti gas alam juga mendukung minyak, dengan kekurangan pasar energi menyebabkan krisis pasokan di Eropa dan Asia.
"Mengingat berbagai faktor pendukung di ruang energi, terutama harga gas alam yang sangat tinggi ... penurunan harga saat ini kemungkinan akan berumur pendek," kata Jeffrey Halley, Seorang Analis di Broker OANDA.
The Federal Reserve AS, yang memulai pertemuan kebijakan dua hari pada hari Selasa, diperkirakan akan mulai mengetatkan kebijakan moneter, yang dapat mengurangi toleransi investor terhadap aset berisiko seperti minyak.
Advertisement