Sri Mulyani: Laju Inflasi Indonesia Masih Terkendali Dibanding Negara Maju

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan laju inflasi di Indonesia relatif masih terkendali

oleh Tira Santia diperbarui 23 Sep 2021, 10:10 WIB
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan laju inflasi di Indonesia relatif masih terkendali, sehingga Indonesia masih memiliki ruang untuk mengantisipasi normalisasi moneter negara maju.

“Laju inflasi yang terjadi di berbagai negara menimbulkan suatu perhatian yang harus Kita waspadai, berbagai negara menghadapi komplikasi dimana pada saat ekonominya baru mulai akan pulih inflasinya sudah take over jauh lebih dominan,” kata Sri Mulyani dalam APBN KITA September 2021, Kamis (23/9/2021).

Menurutnya laju inflasi yang menghadapi komplikasi terlihat di Korea Selatan dimana inflasi sudah 2,6 persen, dan ini tentu akan menimbulkan respon kebijakan dari sisi kebijakan moneter atau suku bunganya.

Negara Brazil juga mengalami inflasi yang melonjak hingga 8 persen dan telah menyebabkan respons suku bunganya meningkat di 5,25 persen untuk ke bank sentralnya. Rusia juga mengalami inflasi hingga 7 persen dan respons dari kebijakan suku bunganya sudah meningkat di 6,5 persen.

Lalu, Turki yang selama ini memang merupakan negara yang berjuang dalam menjaga ekonominya, namun inflasinya mencapai 19,25 persen dan ini juga menyebabkan suku bunga tidak mungkin mengalami penurunan dan tetap tinggi (stay high) diangka  19 persen. Kemudian, Meksiko inflasinya juga mendekati 6 persen.

“Jadi dalam hal ini Indonesia dengan ini masih masih terjaga pada 1,59 persen, dan kemarin Pak Gubernur (Bank Indonesia) sudah menyampaikan mengenai stand dari kebijakan moneternya yang tetap mempertahankan pada 3,5 persen,” ujarnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pemulihan Ekonomi

Pedagang menata dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bendahara negara ini berharap kedepannya Indonesia tetap bisa menjaga inflasi, sehingga komplikasi terjadinya pemulihan ekonomi yang terancam oleh inflasi dapat dihindari, sehingga diharapkan ekonomi Indonesia bisa memiliki pemulihan yang jauh lebih solid dan kuat.

Disamping itu Menkeu juga membahas terkait perkiraan OECD bahwa pemulihan ekonomi dunia tetap akan kuat. Dalam laporan interim September, OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 5,7 persen untuk tahun 2021.

“Untuk tahun 2021 di angka 5,7 persen memang lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya dan kita lihat di dalam laporannya bulan September penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi ini yaitu 0,1  disebabkan terjadinya varian ini Delta dan kemudian pemulihan di seluruh dunia yang tidak merata,” pungkasnya.   

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya