Toyota Sebut Pelarangan Mesin Konvensional Bakal Ciptakan Pengangguran Besar-besaran

Industri mobil Jepang telah memangkas emisi CO2 sebesar 23 persen selama 20 tahun terakhir, dengan sebagian besar memanfaatkan teknologi hibrida, seperti yang dipelopori Toyota

oleh Arief Aszhari diperbarui 23 Sep 2021, 15:04 WIB
Ilustrasi mobil listrik sedang mengalami pengisian daya baterai di Amsterdam, Belanda. (Sumber Flickr/lhirlimann)

Liputan6.com, Jakarta - Bos Toyota, Akio Toyoda, merupakan salah satu orang yang sangat menentang terkait pelarangan mesin mobil konvensional.

Bahkan, pihaknya memperbaharui seruannya untuk mempertimbangkan kembali langkah-langkah yang diumumkan oleh berbagai negara atau pemerintahan di seluruh dunia, dan memperingatkan bahwa larangan secara tidak langsung dapat menyebabkan pengangguran di Jepang.

"Karbon adalah musuh kita, bukan mesin pembakaran internal," jelasnya dalam Konferensi Pers Asosiasi Produsen Mobil Jepang (JAMA). Demikian seperti dilansir dari Autoblog, Kamis (23/9/2021).

Lanjutnya, industri mobil Jepang telah memangkas emisi CO2 sebesar 23 persen selama 20 tahun terakhir, dengan sebagian besar memanfaatkan teknologi hibrida, seperti yang dipelopori Toyota.

Dalam pandangannya, industri perlu memanfaatkan keunggulan teknologi yang telah dibangun dan mengambil langkah segera untuk memaksimalkan pengurangan CO2 menggunakan kendaraan listrik yang dimiliki saat ini.

Sementara itu, Toyoda memberikan contoh mobil balap Corolla bertenaga hidrogen eksperimental yang diluncurkan awal 2021.

Kendaraan ini didukung mesin tiga silinder turbocharged yang membakar hidrogen - tidak seperti Mirai, yang dilengkapi dengan sel bahan bakar hidrogen yang menghasilkan listrik.

Prototipe memiliki nol emisi karbon, seperti mobil listrik, tetapi menggunakan teknologi yang sudah terbukti dan sudah ada.

Toyota juga dilaporkan mengembangkan powertrain hibrida diesel-listrik untuk dimasukkan ke dalam mobilnya yang lebih besar, seperti kendaraan komersial dan SUV.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Masalah ekspor

Toyoda menambahkan bahwa peraturan yang tertulis di Eropa dapat memiliki konsekuensi yang bisa menghancurkan ekonomi Jepang.

Industri mobil Jepang mempekerjakan sekitar 5,5 juta orang, angka yang mewakili 10 persen dari tenaga kerja di negara tersebut, dan mengekspor sekitar setengah dari sekitar 10 juta mobil yang dibuatnya setiap tahun.

Timnya memperkirakan bahwa produksi tahunan mobil bertenaga baterai dan hidrogen tidak akan mencapai angka dua juta pada 2030, yang berarti Jepang akan memiliki sekitar delapan juta mobil yang tidak akan dapat diekspor ke pasar di mana mesin konvensional dilarang.

Pada gilirannya, ini dapat menyebabkan Jepang kehilangan sebagian besar pekerjaan industri.

"Saya ingin para pembuat kebijakan memahami hal ini ketika menangani masalah lingkungan," tegasnya.

Sebagai informasi, ini bukan pertama kalinya Toyoda dengan berani dan terbuka mengkritik larangan seperti yang diumumkan di Jepang, Inggris, New York, dan California.

Pada akhir 2020, ia memperingatkan bahwa memaksa industri untuk menggunakan listrik dapat menyebabkan Jepang kehabisan listrik di musim panas, dan larangan itu mengancam membuat kepemilikan mobil pribadi.


Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi

Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya