Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mengirimkan sinyal akan menaikkan suku bunga enam hingga tujuh kali hingga akhir 2024.
Kondisi ini menggambarkan optimisme bank sentral terkait pemulihan ekonomi imbas COVID-19 dapat berjalan baik sehingga the Fed mudah memperketat kebijakan keuangan dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam pernyataan terbarunya, Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee) tetap mempertahankan kebijakan suku bunga mendekati nol. Ditambah telah melakukan pembicaraan lanjutan untuk mengurangi program pembelian asetnya.
Baca Juga
Advertisement
Selama pandemi COVID-19 berlangsung, The Fed telah menyerap sekitar USD 120 miliar atau setara Rp1.709, 3 triliun (estimasi kurs Rp 14.244) per bulan pada surat berharga AS dan agency mortgage-backed securities.
Pejabat Bank Sentral AS mengatakan pada akhir tahun ekonomi kemungkinan akan mengalami kemajuan yang substansial bermanfaat bagi bank sentral guna memulai memperlambat laju pembelian. Pernyataan tersebut disampaikan baru-baru ini.
“Jika kemajuan berlanjut secara luas seperti yang diharapkan, Komite menilai moderasi kecepatan pembelian aset akan dijamin,” demikian mengutip isi pernyataan FOMC, dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (23/9/2021).
Tersisa dua pertemuan bank sentral lagi pada 2021 untuk mengumumkan tapering off atau pengurangan stimulus moneter. Pada awal November dan pertengahan Desember 2021.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proyeksi Suku Bunga
The Fed berikeras terkait waktu tapering bukanlah sinyal langsung waktunya kenaikan suku bunga. Melainkan proyeksi “dot plot”, pemetaan ekspetasi ke-18 anggota FOMC untuk memutuskan dimana titik kisaran suku bunga untuk tahun-tahun mendatang. Dengan begini, bank sentral sedang menarik proyeksi kenaikan suku bunga sebesar 25 poin.
Pembaharuan perkiraan suku bunga pada 2022 menyebabkan anggota komite terpecah dua golongan. 9 anggota memilih untuk tidak menaikan suku bunga dpada 2022. Sedangkan 9 lainnya berpendapat setidaknya melakukan satu kenaikan.
Titik median memproyeksikan tiga hingga empat dari total kenaikan suku bunga pada akhir 2023. Hingga akhir 2024, anggota FOMC rata-rata melihat enam hingga tujuh total kenaikan suku bunga.
Dalam putaran terakhir proyeksi yang dirilis pada bulan, anggota median FOMC tidak melihat kenaikan suku bunga sampai akhir 2022 tetapi dua kenaikan suku bunga pada 2023.
Ekspektasi untuk menaikkan suku bunga lebih awal bertepatan dengan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi. Meskipun The Fed berpegang teguh pada ekspektasinya (tidak menaikkan tekanan harga untuk sementara waktu), median FOMC justru menaikkan perkiraan inflasi PCE menjadi 4,2 persen tahun ini. Lebih tinggi dari hasil Juni lalu sebesar 3,4 persen.
Anggota median mengharapkan inflasi bisa turun 2,2 persen pada 2022. Target inflasi The Fed adalah 2 persen.
Selama Agustus pekerjaan dilaporkan melemah. The Fed kemudian merevisi harapannya terhadap tingkat pengangguran pada akhir 2021 menjadi 4,8 persen dari sebelumnya 4,5 persen (ekspetasi pada Juni).
Bank sentral berharap pemulihan setelah COVID-19 dapat menghantarkan ke situasi pra-pandemi. Sehingga rekor terendah pengangguran utama hanya berkisar 3,5 persen di akhir 2023.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement