Liputan6.com, Jakarta Kinerja BUMN terdampak keras pandemi Covid-19. Mulai dari pendapatan hingga laba BUMN menyusut tajam saat pandemi melanda Indonesia.
Ini diungkapkan Associate Director BUMN Research Group Lembaga Manajemen Universitas Indonesia Toto Pranoto pada acara ajang Business Performance Excellence Award (BPEA) Tahun 2021.
Advertisement
"Kalau kita lihat performance pada 2019, 2020 kita lihat memang dampak Covid-19 terjadi sejak akhir 2019 dan lanjut ke 2020 luar biasa dampaknya dan kita lihat kinerja dalam kemampuan men-generate revenue dan laba," jelas dia dalam acara BPEA 2021 di Jakarta, Kamis (23/9/2021).
Dia mengakui jika sejatinya kontribusi BUMN di banyak negara terhadap perekonomian global dalam satu dekade menunjukkan tren meningkat.
"Indonesia mencatatkan diri sebagai salah satu negara yang mana kontribusi BUMN terhadap perekonomian domestik cukup signifikan," jelas dia.
Tapi kinerja BUMN kemudian berbalik saat Covid-19 masuk ke Indonesia. Ini terlihat dari perolehan pendapatan maupun laba perusahaan negara.
Dia menyebutkan jika total aset BUMN tercatat naik dari Rp 8.739 triliun pada 2019 menjadi Rp 9.295 triliun di 2020.
Namun pendapatan BUMN turun dari Rp 2.456 triliun di 2019 menjadi Rp 1.842 triliun pada 2020. Alhasil, laba BUMN terpuruk dari Rp 165 triliun pada 2018 menjadi laba bersih BUMN Rp 38 triliun.
Pareto
Dia mengatakan jika performa BUMN di Indonesia saat ini menunjukkan kondisi pareto, di mana sekitar 80 persen dari total kontribusi pendapatan BUMN hanya disumbang oleh sekitar 20 persen dari total perusahaan saja.
Padahal Indonesia memiliki BUMN lebih dari 100. "Ini artinya banyak BUMN yang belum beroperasi secara optimal," jelas dia.
Dia pun mengatakan jika pemerintah telah bertahap mengurangi jumlah BUMN dengan berbagai langkah. Sehingga total BUMN saat ini hanya sekitar 100 perusahaan.
"Ini perlu ada perbaikan ke depan supaya produktivitas setiap BUMN bisa ditingkatkan ke depan," tegas dia.
Advertisement