Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan tren penguatan ekonomi global dan domestik mulai bergerak pada bulan Agustus 2021. Namun, masih terus dibayangi berbagai risiko dan ketidakpastian.
“Momentum pemulihan ekonomi global masih berlanjut hingga Agustus, meski terus dibayangi berbagai risiko dan ketidakpastian,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi September 2021, Kamis (23/9/2021).
Advertisement
Menkeu menjelaskan, PMI Manufaktur global di bulan Agustus tumbuh solid 54,1, terutama didukung ekspansi dari AS dan Eropa. Meskipun terjadi lonjakan kasus Covid-19, namun realisasi program vaksinasi yang tinggi menopang keyakinan untuk membuka kembali aktivitas khususnya di AS dan Eropa.
Disisi lain, harga komoditas masih dalam tren naik, termasuk di kelompok komoditas unggulan Indonesia seperti Batubara, Nikel, dan CPO.
Namun, penyebaran varian Delta di 185 negara dan kemunculan mutasi virus lainnya di tengah vaksinasi yang belum merata, kenaikan suku bunga di tengah peningkatan inflasi, risiko rencana kenaikan debt ceiling di AS berpengaruh ke kondisi pasar keuangan.
Serta rencana tapering di negara maju yang terus mengemuka, termasuk isu risiko stabilitas sektor keuangan China akibat isu gagal bayar Evergrande (perusahaan real estate terbesar kedua di China), masih menjadi risiko yang harus diawasi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tren Penguatan Ekonomi Domestik
Menkeu menjelaskan, bahwa laju pemulihan ekonomi domestik sempat tertahan pada awal kuartal ke-III yang ditunjukkan oleh tingkat keyakinan masyarakat, sebagai akibat dari tren kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan dan dampak psikologis penerapan PPKM.
“Namun, aktivitas konsumsi mulai meningkat secara perlahan, seperti penjualan ritel menuju level positif dan penjualan kebutuhan sehari-hari masyarakat semakin membaik, seiring ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depan dengan penurunan kasus Covid dan akselerasi vaksinasi,” ujarnya.
Peningkatan juga terjadi di sisi produksi, seperti pertumbuhan konsumsi listrik didorong oleh kelompok industri yang tumbuh 14,4 persen, bisnis yang kembali memasuki zona positif, konsumsi semen dan volume impor besi baja tumbuh masing-masing 2,5 persen dan 33,1 persen (yoy).
“Pergerakan nilai tukar Rupiah masih dibayangi ketidakpastian terutama dipengaruhi oleh sentimen arah kebijakan The Fed, serta perkembangan kasus Covid-19, dan kinerja pasar SBN yang terjaga dengan kecenderungan minat investor kepada tenor pendek,” ujarnya.
Demikian sejalan dengan itu, laju inflasi berada pada tren yang meningkat 1,59 persen (yoy) dan diekspektasikan di kisaran 1,8 persen sepanjang 2021.
Advertisement