Liputan6.com, Jakarta - Beauty privilege atau hak istimewa yang didapat orang-orang yang dianggap lebih cantik atau menarik, berdasarkan standar kecantikan masyarakat. Orang-orang yang memiliki keunggulan itu diyakini akan diberi banyak kesempatan yang tidak dimiliki orang dengan fisik standar.
Dikutip dari My Imperfect Life, Jumat (24/9/2021), seperti kebanyakan anggapan lainnya, beauty privilege adalah sesuatu yang dapat disadari, apakah kita pernah mengalaminya secara langsung atau tidak. Namun, banyak orang yang tidak ingin mengakui bahkan membicarakannya, terutama jika berada di pihak yang mendapatkan manfaatnya.
Berbagai penelitian dan survei ilmiah telah membuktikan bahwa penampilan sebenarnya berhubungan langsung dengan seberapa baik seseorang diterima oleh orang lain, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkup pekerjaan. Selain seksisme, rasisme, dan usia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, daya tarik fisik juga dapat menentukan, terlepas dari kepribadian, keterampilan, dan bakat.
Namun, pemikiran seperti ini dapat menimbulkan prasangka atau diskriminasi atas dasar penampilan seseorang. Ini dapat terjadi dalam berbagai kondisi, termasuk saat kencan, lingkungan sosial, dan tempat kerja.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bagaimana Pengaruhnya?
Standar cantik atau menarik tentu saja relatif. Tetapi, ada beberapa kesamaan yang dimiliki secara universal. Sebagian besar didasarkan pada standar kecantikan Eropa, seperti putih, tinggi, kurus, dan baru-baru ini dikenal dengan 'Instagram photogenic'.
Jenis wajah yang seringkali muncul di feed Instagram, membuat semua orang berpegang pada standar kecantikan tersebut. Mereka semua adalah contoh dari apa yang masyarakat anggap 'cantik' secara universal.
Semakin dekat dengan itu, semakin cenderung mengalami beauty privilege. Semakin terlihat menyerupai orang-orang cantik yang terdapat di iklan, televisi, atau di majalah, semakin besar juga kemungkinan akan dihargai secara finansial atau dihargai masyarakat.
Menurut Andrew Pearson, seorang Hipnoterapis, "Selama bertahun-tahun kita telah melihat bahwa sekelompok orang tertentu telah dikucilkan dari budaya, dalam status rendah dan tinggi. Dalam periklanan, film, TV, seni, fotografi, dan bahkan penulis, orang-orang yang warna kulitnya terlalu gelap, lingkar pinggangnya terlalu lebar, atau wajahnya tidak simetris, berjuang mencari pengakuan di media".
Tetapi, kini lebih sulit untuk melupakan sesuatu daripada mempelajarinya, karena kebiasaan lama sulit dihilangkan. Namun, menurut Pearson, beauty privilege dapat dihilangkan dengan cara seluruh dunia mengubah persepsi tentang kecantikan dan daya tarik seseorang.
Penulis : Vania Dinda Marella
Advertisement