Liputan6.com, Jakarta - World Cleanup Day (WCD) alias aksi bersih-bersih serentak di dunia kembali digelar pada tahun ini. Tema utama yang diusung adalah Pilah Sampah dari Rumah.
"Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah menjadi tema WCD tahun ini mengingat situasi dan kondisi masih dalam pandemi COVID 19, sehingga kegiatan aksi bersih bersih ini dilakukan dari rumah masing-masing," kata Liana Trisnawati, Ketua Komite Lingkungan Lions Clubs, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Lewat aksi pilah sampah dari rumah, masyarakat diajak untuk memilahnya di rumah lalu dikumpulkan dan dibawa ke Bank Sampah untuk ditimbang. Gerakan nasional ini diikuti oleh 100 ribu peserta di DKI Jakarta yang tersebar di enam wilayah, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu.
Baca Juga
Advertisement
"Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah ini juga mendapatkan penghargaan dari Original Rekor Indonesia (ORI) sebagai prestasi dalam Gerakan Pilah Sampah Dari Rumah Terbanyak dengan total peserta terbanyak, yaitu lebih dari 100.000 peserta," kata Liana.
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Rosa Vivien Ratnawati mengingatkan bahwa pemilahan sampah dari rumah adalah kunci utama dalam peningkatan pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik. Pemerintah menargetkan pada 2025, jumlah sampah bisa dikurangi hingga 70 persen.
Begitu pula dengan sampah plastik di laut yang ditargetkan bisa berkurang 70 persen pada tahun yang sama. Terlebih, Indonesia sampai saat ini masih mengimpor plastic scrap untuk pembuatan botor plastik daur ulang.
"Mari kita gunakan sampah sebagai sesuatu yang meningkatkan nilai ekonomi sirkular," sambung Rosa dalam sambutannya di acara World Cleanup Day, Sabtu, 18 September 2021.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Terkontaminasi
Liana menambahkan, pilah sampah dari rumah adalah bagian penting dalam mata rantai ekonomi sirkular untuk meningkatkan tingkat pengumpulan dan kualitas hasil pengumpulan. Masyarakat yang berpartisipasi akan memperoleh manfaat ekonomi lewat menjual hasil pilahnya ke bank sampah atau titik pengumpulan.
Di sisi lain, pemilahan pada dasarnya merupakan tanggung jawab semua individu penghasil sampah. Dengan memilah sampah, minimal sampah organik dan anorganik, pihak pengepul maupun pendaur ulang lebih mudah dalam mengelolanya. Nilai sampah kemasan plastik yang tidak terkontaminasi dengan sampah organik juga akan bernilai tinggi.
Hal itu pernah diungkapkan oleh Dini Trisyanti, Direktur SWI, pada awal September 2021. Ia menyebutkan bahwa pendapatan pemulung di masa pandemi menurun lantaran sampah botol PET berkurang. Karena tidak bekerja di kantor secara penuh, orang pun lebih banyak menggunakan air minum kemasan galon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemulung pun mengalihkan fokus dengan mengumpulkan sampah plastik jenis lain, seperti kresek dan PP. Lembaran plastik (bubble wrap) juga dicari pemulung sebagai tambahan pemasukan. "Selama itu plastik dan tidak banyak sisa makanan, bisa jadi tambahan uang," ia menjelaskan dalam jumpa pers virtual, Rabu, 8 September 2021.
Advertisement
Pentingnya Edukasi
Aksi pilah sampah dari rumah itu juga turut melibatkan berbagai pihak, seperti produsen air minum dalam kemasan, Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), dan Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI). Ronald Atmadja, Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya, salah satu peserta yang terlibat menyatakan bahwa partisipasi itu menjadi bentuk komitmen untuk menjaga dan merawat lingkungan.
Selain aksi 'seremonial', ia pun mengatakan ikut serta mengedukasi pentingnya memilah sampah dari rumah. Edukasi via iklan pesan layanan masyarakat itu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah secara luas.
Di lain pihak, pemerintah dituntut bertindak lebih baik lagi dalam membuat sistem pemilahan sampah yang terintegrasi dari rumah hingga sampai ke tangan industri pengolahan. Solusinya tidak harus canggih, misalnya dengan menyediakan karung untuk pemulung yang bisa digunakan untuk menampung sampah kering. Selanjutnya, pelapak atau agregator sudah siap menjemput.
Selain itu, para pelaku daur ulang juga sangat perlu diberi insentif dana. "Mungkin ada yang perlu mesin, atau perlengkapan, tapi yang sangat diperlukan dana. Teman-teman itu kesulitan atur cahsflow karena pembayaran dari pabrikan, suka delay... Kalau diberi insentif, bisa didorong tingkat pengumpulannya," imbuh Dini.
Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi
Advertisement