Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menanggapi kabar data klaster Covid-19 di sekolah akibat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Menurutnya, data tersebut belum valid.
Baca Juga
Advertisement
Hal itu dia sampaikan setelah menugaskan Kepala Dinas Pendidikan Jabar untuk mengecek data tersebut.
"Berdasarkan laporan hari ini dari dinas pendidikan kami (Jabar), itu datanya belum valid. Sudah dicek ke pusat datanya belum terkonfirmasi sehingga dari kepala dinas pendidikan melaporkan bahwa data itu belum bisa dikutip secara resmi karena datanya belum pasti," kata dia dalam jumpa pers virtual, Jumat (24/9/2021).
Berdasarkan laporan sementara, kata pria yang akrab disapa Emil ini, klaster di sekolah tersebut belum bisa dipastikan.
"Jadi kami belum bisa mengiyakan terjadi klaster di 149 sekolah karena kalau ada komite sudah duluan mendapatkan datanya. Tim dari Disdik Jabar mengecek dan hasilnya belum terkonfirmasi," ujarnya.
Seperti diketahui, ribuan warga sekolah di Jawa Barat dilaporkan terinfeksi Covid-19. Survei yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) terhadap sekolah yang menggelar PTM terbatas menunjukkan 1.152 guru dan tenaga kependidikan serta 2.478 siswa di Jawa Barat terinfeksi Covid-19 selama gelaran PTM terbatas.
Adapun Kemendibukristek memastikan, data 1.303 sekolah yang menjadi klaster Covid-19 selama PTM Terbatas bukan data akumulasi satu bulan terakhir, melainkan data rekap dari 2020.
"Angka satuan pendidikan 2,8 persen (klaster Covid-19) pada satuan pendidikan kita, bukanlah akumulasi dari satu bulan terakhir atau akumulasi dari pemberlakuan PTM Terbatas setelah PPKM Darurat Level 1-3. Bukan, jadi itu adalah akumulasi sejak bulan Juli 2020 atau Tahun Ajaran 2020/2021 sampai Tahun Ajaran 2021/2022 bulan September ini," kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dasmen) Kemendikbudristek, Jumeri dalam konferensi pers daring pada Jumat (24/9/2021).
Jumeri meluruskan, data munculnya seribu lebih klaster Covid-19 di sekolah merupakan data akumulasi dari 14 bulan terakhir, baik sekolah yang sudah menjalankan PTM Terbatas maupun yang belum.
Sebelumnya, melalui situs https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/, Kemendikbudristek merilis temuan 1.303 sekolah jadi klaster penularan Covid-19. Dalam situs tersebut tertulis bahwa munculnya klaster dalam pelaksanaan PTM Terbatas.
Seluruh provinsi di Indonesia dilaporkan muncul klaster Covid-19 di sekolah selama periode Juli 2020 hingga September 2021. Jawa Timur tercatat menjadi provinsi paling dominan munculnya klaster Covid-19 di sekolah.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Pelajar Tak Wajib Divaksinasi
Emil menuturkan, idealnya semua yang bersekolah tatap muka sudah divaksinasi Covid-19. Namun, surat edaran dari Kemendikbudristek tidak mengharuskan siswa divaksin dulu.
"Jadi kita melakukan dua proses secara bersamaan, yang penting dia berada di PPKM level 3 maka sudah boleh tatap muka. Walaupun belum divaksin tapi kita terus mengupayakan vaksinasi semaksimal mungkin," kata dia.
Secara umum, Emil mengklaim vaksinasi harian Jabar tertinggi di Indonesia dengan kecepatan 300 ribu dosis per hari. Jumlah itu lebih tinggi dari Jawa Tengah 250 ribu dosis per hari, Jawa Timur 219 ribu per hari, DKI Jakarta 62 ribu per hari, Banten 77 ribu per hari, dan Sumatera Utara 70 ribu per hari.
"Dosis per hari (vaksniasi di Jabar) sudah sangat tinggi. Jadi sudah kita arahkan maksimalkan juga ke para siswa yang akan melakukan tatap muka karena tidak ada lagi PPKM level 4 di Jabar. Bahkan, dari laporan BNPB terkait kewaspadaan minggu ini 100 persen Jabar kewaspadaan rendah alias kuning," ujarnya.
Advertisement