Sora Gea; Balita Sehat dengan Pola Makan Plant Based

Sora Gea tumbuh dengan sangat baik dengan menerapkan pola makan berbasis tumbuhan atau plant based. Vegan food sudah dikenalnya sejak di dalam kandungan.

oleh Mina Megawati diperbarui 26 Sep 2021, 18:00 WIB
Sora & Mama di Give Cafe, Canggu, Bali

Liputan6.com, Jakarta - Sora Gea, anak perempuan berusia 2 tahun itu bertumbuh sehat. Imunitasnya pun baik. Sepanjang hidupnya, Sora Gea hanya mengalami flu sebanyak dua kali.

Pipi chubby, kulit bersih dan sikap cerianya membuat gemas siapa pun yang melihat. Tak tampak gejala alergi akibat reaksi makanan tertentu. Sora--begitu Adeline Windy seorang praktisi Holistic Lifestyle, memanggil putrinya--sudah mengonsumsi panganan vegan sejak dalam kandungan.

Pilihan itu sempat mendapat pertentangan dari keluarga termasuk Nenek dan Kakek Sora. Mereka khawatir cucunya akan mengalami kekurangan gizi.Namun, Adeline meyakinkan ibu dan ayahnya kalau cucu mereka akan baik-baik saja. Terbukti, Sora tumbuh sehat, tak tampak tanda kekurangan nutrisi.

Keputusan Adeline untuk menjalani hidup vegetarian bukan tanpa alasan. Sejak usianya menginjak 13 tahun, Adeline sudah punya kepedulian terhadap binatang.

Muncul perasaan tak nyaman kala melihat cara manusia membunuh binatang untuk dikonsumsi. Adeline berpendapat, sebelum menjadi hidangan, hewan yang akan dikonsumsi melalui fase tersakiti lebih dulu.

“Ada momen menyakiti sebelum daging terhidang di piring. Itu pemantik saya mengurangi konsumsi produk hewani, Mbak,” kata Adeline, saat wawancara dengan Health Liputan6.com, Rabu (23/09/21).


Bagaimana Menjalani Lifestyle yang Berbeda dari Keluarga

Menjalani hidup dengan cara berbeda bukanlah halangan baginya untuk melanjutkan apa yang diyakini. Perubahan dilakukannya perlahan, setahap demi setahap. Sumber-sumber informasi tentang makanan nabati dia jelajahi, mulai dari buku, jurnal, hingga belajar langsung dari praktisi. Baginya, pengetahuan mendasar akan membuat kita yakin akan jalan yang kita ambil.

Kegigihan untuk menggali banyak informasi, memberi alasan masuk akal membuahkan kepercayaan orangtuanya. Beberapa analogi coba dikemukakan Adeline kepada orangtuanya kala itu.

Diantaranya, dia menyebutkan kalau kebanyakan orang yang mengalami penyakit degeneratif seperti kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes, sampai penyakit kronis seperti penyempitan pembuluh darah ke jantung, gagal jantung, umumnya karena konsumsi produk hewani secara berlebihan.

 

Sora dan kelapa mudanya, Ubud, Bali

Sora Gea Balita dengan Gaya Hidup Vegan

Ketika mengandung Sora, Adeline tetap mengasup sumber makanan nabati. Adeline begitu memperhatikan komposisi gizi yang dikonsumsinya setiap hari. Orangtuanya kerap mewanti-wanti agar asupan gizi calon cucu mereka terpenuhi dengan baik. Kekhawatiran akan kekurangan Omega 3 akibat tak makan ikan serta kekurangan kalsium jika tak minum susu ditanggapinya dengan tenang.

“Sebetulnya yang kita perlukan adalah esensi nutrisi yang terkandung dalam suatu panganan bukan dari jenis dan bentuk,” tegasnya. Sumber Omega 3 bisa didapatkan dari selai kacang, almond, flexseed, alpukat, minyak zaitun, dan tofu.

Konsumsi susu pada kondisi tubuh tertentu, menurutnya dapat berdampak ke usus seperti perut kembung, terasa sebah. Ini pun turut mempengaruhi kondisi emosi seperti anak mudah tantrum. Semuanya akumulasi dari masalah gangguan pencernaan.

“Kadang normalitas yang sudah melekat di masyarakat membuat kita seakan terlihat aneh bila tidak mengikutinya. Padahal kondisi bumi berubah, pola hidup kita juga berubah. Itu yang sering luput dari kesadaran,” ujarnya menambahkan.


Pandangan Medis tentang Balita Vegan

“Diperlukan nutrisi seimbang untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. Tidak hanya mengunggulkan salah satu bahan makanan atau nutrisi saja,” kata dokter Sylvia Irawati, M. Gizi, dokter gizi medik dan sertifikasi Plant Based Nutrition, saat wawancara dengan Health Liputan6.com, Jumat (24/09/21).

Anggapan bahwa anak yang tidak mengonsumsi bahan makanan hewani akan kekurangan gizi didasari karena protein hewani memiliki asam amino esensial yang lengkap, sedangkan bahan makanan nabati tidak.

Meski demikian, hal ini tidak menentukan kualitas kandungan protein suatu bahan makanan. Bahan pangan nabati dapat memenuhi kebutuhan protein bila diberikan dengan variasi makanan yang cukup.

Penelitian menunjukkan bahwa anak vegetarian atau vegan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kekurangan zat gizi mikro, terutama zat besi, vitamin D, dan B12. Namun, laju pertumbuhan anak vegan dan non vegan tidak menunjukkan adanya perbedaan.

Risiko ini tidak serta merta menjadikan anak yang tidak mengonsumsi bahan makana hewani menjadi kurang gizi. Status gizi perlu dievaluasi menyeluruh baik dari pertumbuhan (antara lain penambahan berat badan dan tinggi badan) dan pemeriksaan kadar zat gizi mikro (vitamin dan mineral) melalui pemeriksaan laboratorium.

Bila ditemui pendapat masyarakat yang menyebutkan kalau anak vegetarian akan mengalami kekurangan gizi, maka hal ini harus ditinjau lebih dalam melalui beberapa penelitian dari para ahli gizi.

Seperti pada penelitian dokter Susianto, STIKes Kuningan, Jakarta, menyebutkan kalau tidak ada perbedaan kondisi nutrisi antara anak vegetarian dan yang non vegetarian.

“Jadi, jangan terburu-buru judge seseorang kekurangan gizi tanpa pemeriksaan yang lengkap,” pungkasnya.

Sora grounding di tanah

Cara Adeline Menghadapi Sora Kala Sakit

Pernah suatu hari suhu badan Sora meningkat, 39 derajat. Adeline tidak panik karena dia menyadari demam adalah reaksi tubuh terhadap sesuatu, satu bentuk mekanisme pertahanan tubuh melawan pathogen yang masuk ke tubuh.

“Jadi saat anak mengalami deman, bukan demamnya yang kemudian dihentikan, tapi bantu imun tubunya dengan perbanyak mineral dan nutrisi. Dengan begitu, imum tubuhnya akan bekerja lebih maksimal,” tambahnya.

Setelah demam mereda, Adeline tatap memandikan naknya dengan air bersuhu normal bukan air hangat. Karena air dingin cocok untuk tubuh kita yang hidup di iklim tropis. Lalu membiarkan Sora grounding di taman rumah dan terkena matahari.

Tujuannya agar Sora tetap bergerak dan berkeringat. Tubuhnya perlahan akan membaik kurang dari seminggu dengan tanpa bantuan obat berunsur kimia. Ramuan alami Adeline untuk Sora berupa konsumsi air putih, air perasan jeruk, dan air kelapa.

Sumber Protein Nabati ala Mama Sora

Sumber nabati yag baik untuk pertumbuhan;

1. Tempe dan tahu. Unsur gizinya mudah dicerna karena proses fermentasi.

2. Kacang Lentils. Kacang-kacangan. Humus-garbanzo. Seperti kacang hijau, banyak macam.

3. Kacang-kacangan, cashers, almond, walnut. Hindari pemberian kacang berbalut coklat. Karena kandungan gulanya lebih tinggi daripada kacangnya. Lemak dalam kacang-kacangan aman.

Di dalam setiap 24 biji (14 gram) almond terkandung 163 kalori, Omega 3, fiber (serat).


Tiga Kiat Membangun Mindset ala Mama Sora

Baginya, setiap perubahan gaya hidup harus didasari terlebih dahulu dengan pola pikir (mindset) yang benar, kuat dan mendasar.

“Tiga hal ini aku pegang dan yakini,” tegasnya.

1. Evaluasi Diri

Adeline meyakini bahwa manusia dititipi akal pikiran bukan untuk kesia-siaan.Termasuk saat menerima informasi baru.

“Biasakan evaluasi, jangan telan mentah-mentah. Kita harus berani menggali lebih dalam. Jangan terima begitu aja. Kemauan untuk belajar.” ucapnya menggenapi.

Banyak sarana belajar seperti jurnal, buku, pun dari para pakar holistik. Jangan berkutat di situ saja. Terus gali, pelajari lalu praktekkan. Aktif mencari tahu hal-hal baru akan memupuk keyakinan kita akan pilihan hidup yang kita putuskan.

2. Courage

Miliki keberanian untuk berubah. Tidak ada yang instant. Semua harus dibangun dan diusahakan. Terutama saat tubuh sudah menunjukkan reaksi tertentu, kita harus berani mengambil langkah guna perbaikan diri.

3. Konsisten

Tetap jalani meskipun bertahap. Seperti halnya Adeline yang mulai mengurangi panganan daging sejak usianya 13 tahun. Ini kemudian dia buktikan dengan tubuhnya yang semakin fit dan energik.

 

"Don't take my fruit," Sora said.

Benefit Mengonsumsi Plant Based

Pemilik tagline Plant Based Mama, ini mempunyai alergi semenjak kecil. Setelah mempelajari lebih dalam, Adeline menemukan kalau Asma dan Alergi sebagai akibat konsumsi panganan dengan gula yang tinggi. Sifat addicted membuat taste gut kita candu.

“Besar keterkaitan antara pola makan dengan pernafasan. Proses mencerna yang berlangsung lama akan menggerus lebih banyak energi tubuh. Ini yang kerap ditandai sengan rasa lelah setelah makan,” katanya.

Selain Asma dan Alerginya yang teratasi, kulitnya pun menjadi lebih sehat karena mineral dan nutrisi terpenuhi. Fungsi organ tubuh pun emosi jauh lebih baik. Dengan begitu cara Adeline dan Sora membuktikan bahwa pelaku plant based tidak mengalami kekurangan gizi, tetap sehat dan aktif.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya